Selasa, 24 September 2024 11:35 WIB

Bahaya Pil Biru pada Penderita Risiko Serangan Jantung

Responsive image
14
dr Achmad Bima Aryaputra - RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta

Penyakit jantung koroner banyak ditemukan pada masyarakat terutama pada lansia. Masalah lain yang biasanya juga diidap oleh oleh masyarakat lansia adalah disfungsi ereksi, atau biasa dikenal dengan lemah syahwat. Disfungsi ereksi didefinisikan sebagai ketidakmampuan , sebagian atau seluruhnya, untuk mencapai atau mempertahankan ereksi yang cukup untuk mendapatkan kepuasan hubungan seksual pada kondisi stimulus yang sesuai. Disfungsi ereksi biasanya terjadi pada usia diatas 65 tahun. Kebiasaan-kebiasaan seperti merokok, konsumsi alkohol, pernggunaan narkoba, stress, berhubungan dengan kondisi disfungsi ereksi.

Sebab dari Disfungsi Ereksi

Disfungsi ereksi bisa disebabkan oleh dua kondisi utama, yakni pada kondisi lemah syahwat dan kondisi syahwat normal. Pada kondisi lemah syahwat, dapat disebabkan suatu penyakit psikogenik ataupun organik. Kondisi psikogenik yang biasanya berhubungan dengan disfungsi ereksi biasanya berupa adanya kesalahpahaman antar pasangan atau anggota keluarga lain, begitu juga masalah di lingkungan bekerja dapat pengaruhi diringan sesksual. Pada kondisi awal dari disfungsi ereksi, dapat berujung juga pada gangguan psikogenik seperti kecemasan performa dan penghindaran terhadap hubungan seksual. Penyakit organik juga dapat sebabkan disfungsi ereksi, yang paling sering adalah kekurangan testosteron yang merupakan pemeran utama dalam meningkatkan dorongan seksual pada pria. Selain itu, kondisi hipotiroir atau kekurangan hormon tiroid juga sebabkan disfungsi ereksi. Penyakit psikis seperti dedpresi dan kelainan mood juga dapat sebabkan penurunan dorongan seksual. Pada kondisi dorongan seksual normal, disfungsi ereksi bisa disebabkan oleh kelainan jantung dan embuluh darah, metabolik, infeksi, inflamasi, mekanis, ataupun iatrogenik (tidak diketahui sebabnya). Kondisi tersebut dapat sebabkan penurunan sintesis dan pelepasan dari suatu zat bernama nitric oxide atau NO, dimana NO berfungsi untuk melebarkan pembuluh darah. Ereksi terjadi karena ada adanya pengisian bulbus kavernosa oleh darah yang datang dari pembuluh darah yang melebar. NO juga berperan dalam sebabkan penyakit jantung , sehingga kondisi disfungsi ereksi dapat dijadikan penanda kewaspadaan untuk kejadian penyakit jantung di masa depan. Kondisi neruogenik yang berpotensi sebabkan disfungsi ereksi adalah multiple skelrosis, Parkinson, dan cedera pada tulang belakang.  Selain itu, beberapa obat juga berpotensi sebabkan disfugsi ereksi seperti ACE-inhibitor, beta-blocker, ranitidin, dan obat kejiwaan. Penegakan diagnosis dan telaah keparahan disfungsi ereksi harus melalui serangkaian pemeriksaan oleh dokter. Terapi selanjutnya sangat berpengaruh terhadap tingkat keparahan dari disfungsi ereksi.

Terapi Disfungsi Ereksi

Terapi lini pertama dari disfungsi ereksi adalah perbaikan gaya hidup, menuju gaya hidup yang lebih sehat. Selanjutnya, jika sudah didapatkan sebab disfungsi ereksi oleh dokter, maka dilakukan penanganan terhadap masalah tersebut. Salah satu obat yang sering digunakan untuk penanganan disfungsi ereksi, dan paling sering dijual secara ilegal, adalah sildenafil atau biasanya dikenal dengan Pil Biru atau Viagra.

Inhibitor fosfodiesterase tipe 5 oral (PDE5i) adalah obat utama pengobatan untuk disfungsi ereksi (DE). Sildenafil pertama kali dipelajari dalam uji klinis untuk penyakit jantung koroner, namun kadang-kadang diketahui bahwa obat tersebut bermanfaat pada ereksi penis. Oleh karena itu, pada tahun 1998, Sildenafil disetujui FDA sebagai yang pertama pengobatan oral untuk DE. Di dalam tubuh, terdapat 11 isoenzim PDE berbeda yang diekspresikan pada konsentrasi yang berbeda di berbagai jaringan. Enzim PDE5 tersebar luas, tetapi jumlahnya lebih banyak banyak terjadi pada jaringan penis. Selain penghambatan PDE5, sildenafil juga menghambat dengan PDE6, suatu enzim yang hadir dalam konsentrasi tinggi di fotoreseptor batang dan kerucut retina, berpotensi menyebabkan gangguan ringan dalam diskriminasi warna. Untuk alasan ini, PDE5i pertama didefinisikan sebagai pil biru. Sel endotel menghasilkan oksida nitrat (NO), yang mengaktifkan guanilat siklase enzim, menginduksi konversi guanosin trifosfat (GTP) menjadi guanosin siklik monofosfat (cGMP). Akibatnya, terjadi penurunan ion kalsium intraseluler pada otot polos kavernosa, menyebabkan relaksasi otot polos, peningkatan aliran darah di arteri dan penyempitan vena, sehingga mengurangi drainase darah arteri dan mempertahankan ereksi. Namun, penggunaan pil biru atau sildenafil perlu diwaspadai terutama pada mereka yang punya sakit jantung, yuk healthies  kita bahas mengenai hal ini.

Bahaya penggunaan Sildenafil pada penderita penyakit jantug.

Pada sebagian besar penderita penyakit jantung, terutama yang disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah atau penyakit jantung iskemik, biasanya dokter akan meresepkan obat ISDN atau nitrogliserin yang amat bermanfaat dalam mengurangi gejala nyeri dada dan memperlancar aliran darah dengan cara memperlebar pembuluh darah. Namun obat ISDN atau nitrogliserin ini tidak boleh digabungkan penggunaannya disebabkan keduanya memilki efek pelebaran pembuluh darah. Jika kedua efek dari obat ini dikombinasikan maka akan berdampak pada penurunan tekanan darah yang drastis dan dapat mengancam nyawa.

Sebuah studi baru dari Lagerros dkk menunjukkan bahwa pria yang mengonsumsi obat yang biasa diresepkan untuk disfungsi ereksi dan nitrat untuk nyeri dada memiliki peningkatan risiko gagal jantung, kematian dini, dan akibat negatif lainnya.

Obat-obatan seperti Viagra dan Cialis umumnya diresepkan untuk mengobati disfungsi ereksi, termasuk bagi pria dengan penyakit kardiovaskular. Namun penelitian tersebut – yang diterbitkan di Journal of American College of Cardiology – mengatakan penggunaan obat DE dan nitrat dapat berdampak pada tingkat kematian dan kesakitan. Obat DE adalah penghambat fosfodiesterase-5, juga dikenal sebagai PDE5i. Penggunaan PDE5i pada penderita DE dan penyakit kardiovaskular telah menjadi kontroversi karena obat tersebut dan nitrat keduanya menyebabkan tekanan darah rendah, dengan bekerja pada sel endotel dengan cara yang berbeda, Lagerros melaporkan. “Sel endotel melapisi pembuluh darah dan mengatur pertukaran antara darah dan jaringan di sekitarnya,” kata Lagerros. “Studi sebelumnya tentang manfaat atau bahaya penggunaan simultan masih beragam.” Namun, “dokter melihat peningkatan permintaan obat disfungsi ereksi dari pria yang menderita penyakit kardiovaskular,” kata Andersson. “Tujuan kami adalah untuk menggarisbawahi perlunya pertimbangan hati-hati yang berpusat pada pasien sebelum meresepkan obat PDE5i untuk pria yang menerima pengobatan nitrat,” kata penulis senior studi tersebut Daniel Peter Andersson, MD, di Karolinska Institute di Stockholm, dalam siaran persnya. “Selain itu, hal ini membenarkan upaya kami untuk melanjutkan penelitian mengenai efek ambigu obat DE pada pria dengan (penyakit kardiovaskular).”

Peserta dalam penelitian ini adalah 61.487 pria dari National Swedish Patient Registry dengan penyakit arteri koroner stabil dan riwayat infark miokard – serangan jantung – atau intervensi koroner perkutan antara tahun 2005 dan 2013. Sekitar 56.000 telah diobati dengan nitrat saja. Sekitar 5.700 diobati dengan nitrat dan PDE5i. Rata-rata waktu tindak lanjut dan usia pada kelompok nitrat masing-masing adalah 5,7 tahun dan sekitar 70 tahun; untuk kelompok kombinasi berusia 3,4 tahun dan sekitar 61 tahun. Laki-laki dalam kelompok kombinasi memiliki sedikit peningkatan risiko kematian dini karena berbagai sebab. Risiko menjalani evaskularisasi selama masa tindak lanjut adalah dua kali lipat dibandingkan kelompok yang hanya mengonsumsi nitrat.

 

Referensi:

Mazzilli F. Erectile Dysfunction: Causes, Diagnosis and Treatment: An Update. Journal of Clinical Medicine. 2022; 11(21):6429. https://doi.org/10.3390/jcm11216429

Trolle Lagerros Y, Grotta A, Freyland S, Grannas D, Andersson DP. Risk of Death in Patients With Coronary Artery Disease Taking Nitrates and Phosphodiesterase-5 Inhibitors. J Am Coll Cardiol. 2024 Jan 23;83(3):417-426. doi: 10.1016/j.jacc.2023.10.041. PMID: 38233015.

Sumber gambar: https://www.freepik.com/free-photo/close-up-couple-holding-hands_14669303.htm#fromView=search&page=1&position=7&uuid=e5ff2655-ccb9-4755-af80-84639ae84488