Pertumbuhan dan perkembangan anak-anak terutama usia balita memang berbeda-beda. Akan tetapi, beberapa masalah atau perubahan yang tidak wajar bisa menyebabkan gangguan tumbuh kembang pada anak, bahkan hingga jangka panjang. Sebagai orangtua, penting untuk mengetahui berbagai jenis masalah tumbuh kembang anak. Ada beberapa jenis gangguan perkembangan yang terjadi pada anak. Penting bagi orangtua untuk mengetahui masalah tumbuh kembang anak yang paling umum terjadi. Ada beberapa kondisi gangguan tumbuh kembang, antara lain adalah Autisme, Gangguan pemusatan perhatian atau Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) dan lain sebagainya. Gangguan Tumbuh Kembang seperti itu menjadikan anak dikenal dengan istilah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) diartikan sebagai individu-individu yang mempunyai karakteristik yang berbeda dari individu lainnya yang dipandang normal oleh masyarakat pada umumnya. Secara lebih khusus anak berkebutuhan khusus menunjukkan karakteristik fisik,intelektual, dan emosional yang lebih rendah atau lebih tinggi dari anak normal sebayanya atau berada di luar standar normal yang berlaku dimasyarakat. sehingga mengalami kesulitan meraih sukses baik dari segi sosial, personal, maupun aktivitas pendidikan. Anak berkebutuhan khusus (ABK) juga didefinisikan sebagai anak yang tidak mampu (disabled), memiliki kelemahan (impaired), terganggu (disordered), cacat (handicapped), atau memiliki kelainan (exceptional). ABK dalam perkembangannya memiliki karakterisitik khusus dan kemampuan yang berbeda dengan anak sebayanya. Hal ini pula yang menyebabkan ABK membutuhkan suatu penanganan yang khusus. Data dari Bank Dunia menunjukkan populasi anak berkebutuhan khusus di seluruh dunia mencapai 10%. Diperkirakan 85% anak berkebutuhan khusus di seluruh dunia yang berusia di bawah 15 tahun terdapat di negara berkembang. Lebih dari dua pertiga populasi tersebut terdapat di Asia. Sedangkan menurut data statistik yang dipublikasikan Kemenko PMK pada Juni 2022, angka kisaran disabilitas anak usia 5 – 19 tahun adalah 3.3% atau berkisar 2.197.833 jiwa.
Anak berkebutuhan khusus, misalnya, kerap mengalami kesulitan saat melakukan kegiatan tertentu yang sederhana hingga yang rumit, misalnya mandi, mengenakan pakaian, menyiapkan makanan, hingga mempelajari ilmu pengetahuan di sekolah. Kesulitan ini disebabkan oleh kondisi mereka yang mempengaruhi tingkat kemandirian. Dalam hal ini, sangat diperlukan jenis terapi guna membantu mengidentifikasi kesulitan sekaligus kekuatan mereka dan menyediakan solusi praktis lewat berbagai teknik terapi guna meningkatkan kemandirian para ABK.
Terapi Okupasional atau yang sebelumnya dikenal dengan Terapi okupasi atau Okupasi Terapi adalah salah satu jenis terapi yang berfokus pada upaya membantu orang mengatasi tantangan yang dihadapi akibat kondisi fisik ataupun psikis yang menghambat aktivitas harian. Terapi Okupasional dijalankan oleh ahli terapi okupasional atau Terapis Okupasioal yang berpendikan formal minimal Diploma III yang terlatih membantu meningkatkan kualitas hidup individu dengan cara mendapatkan kembali atau mengembangkan keterampilan serta kemampuan individu tersebut sehingga ia dapat terus berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari. Tujuan Terapi okupasional ini adalah memungkinkan individu untuk berperan serta dalam aktivitas keseharian. Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dan ABK, terapis harus memperhatikan kemampuan dan keterbatasan yang dimilikinya. Dengan demikian diharapkan individu tersebut dapat mencapai kemandirian dalam aktivitas produktivitas (pekerjaan/pendidikan), kemampuan perawatan diri (self care), dan kemampuan penggunaan waktu luang. Terapis Okupasional dapat membantu orang tua dalam menentukan kesiapan anak untuk bersekolah.
Banyak metode yang digunakan oleh Terapis Okupasional dalam memberikan Terapi kepada Anak Berkebutuhan Khusus tersebut, tergantung dengan permasalahan yang muncul pada anak, termasuk permasalahan system sensorik. . Terapi Snoezelen adalah salah satu metode yang digunakan oleh Terapis Okupasional untuk mengatasi gangguan system sensorik tersbut. Terapi dengan Snoezelen adalah suatu jenis terapi dengan menggunakan aktifitas yang dirancang untuk mempengaruhi Sistem Saraf Pusat melalui pemberian stimulus yang cukup pada sistem sensori primer dan sensori sekunder. Stimuli primer atau reseptor sensori eksternal yaitu visual (penglihatan), auditori (pendengaran), olfactori (penciuman), gustatori (perasa/pengecapan), tactile (peraba). Stimuli sekunder atau reseptor sensori internal yaitu vestibular (keseimbangan) dan proprioseptif (kesadaran diri akan lingkungan sekitar atau kesadaran orientasi spasial). Snoezelen berasal dari 2 kata: snoeffelen (to sniff): mencium bau, aktif, dinamis; dan dozelen (to doze) tidur sebentar, nyaman rileks. Atau dengan kata lain, pengertian Snoezelen adalah lingkungan atau tempat yang mengembangkan multisensoris dengan cara relaksasi. Metode Terapi Snoezelen juga dikenal dengan Terapi Multi sensorik.
Snoezelen menggabungkan elemen-elemen seperti pencahayaan yang lembut, musik, aroma, permainan sinar, bahan-bahan tekstur yang berbeda, dan elemen lainnya untuk menciptakan lingkungan yang menenangkan dan merangsang sensorik. Tujuannya adalah untuk memberikan pengalaman sensorik yang menyenangkan, merangsang indera, dan meningkatkan kesejahteraan individu. Terapi Snoezelen menciptakan pengalaman Snoezelen yang disesuaikan dengan kebutuhan dan minat individu.
Ruang Snoezelen, atau juga dikenal sebagai ruang multi-sensori, biasanya didesain dengan perhatian khusus terhadap faktor-faktor sensorik, seperti pencahayaan yang dapat diatur, warna-warna yang lembut, suara-suara yang menenangkan, dan benda-benda yang memiliki tekstur yang beragam. Ruang ini dirancang untuk memberikan lingkungan yang aman dan nyaman, di mana individu dapat menjelajahi, merasakan, dan berinteraksi dengan berbagai stimulus sensorik. Terapi Snoezelen menciptakan pengalaman Snoezelen yang disesuaikan dengan kebutuhan dan minat individu. Terapi Snoezelen umumnya dilakukan di suatu ruangan tersendiri yang di desain khusus untuk membentuk suasana yang ramah, menyenangkan, rekreasional bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Lingkungan Terapi Snoezelen haruslah aman dan tidak mengancam. Anak dan orang dewasa yang menjalani Terapi Snoezelen dapat menikmati stimulasi yang lembut dari sistem sensori primer dan sekundernya. Mereka akan mengalami kontrol diri yang lebih baik, peningkatan rasa percaya diri, dan penurunan tekanan/stress.
Ciri Anak yang membutuhkan Terapi Snoezelen
1. Implusif/dorongan dari diri yang kuat.
2. Distract/mudah teralihkan perhatiannya.
3. Sulit memberikan reaksi pada lingkungan.
4. Tidak percaya diri pada kemampuannya.
5. Kesulitan mengidentifikasi sensori.
6. Sulit konsentrasi.
7. Takut akan kondisi tertentu: takut gelap, takut suara tertentu dll.
8. Kesulitan berinteraksi.
9. Defensi/hipersensitif.
10. Sulit memulai aktifitas.
11. Kurangnya kontak mata.
12. Sulit berekspresi.
Kondisi anak yang tidak dianjurkan untuk memperoleh Terapi Snoezelen:
1. Anak yang sangat cemas dan takut
2. Anak sangat marah dan agresif
3. Snoezelen justru membuat anak jengkel dan risih.
Stimulasi Dalam Terapi Snoezelen
1. Penglihatan / Sight
Penglihatan tergantung pada terang dan gelap, bentuk dan sudut. Warna dan bayangan akan menyediakan stimulasi dan kesenangan. Dalam hal ini tidak dibutuhkan gambar untuk pemahaman, kecuali untuk program learning. Warna dasar yang bergantian dirasa akan cukup bagus. Kombinasi pencahayaan dan image visual yang ditampilkan akan menghasilkan efek yang bervariasi untuk membantu terciptanya sensasi warm dan cool. Sehingga Anak Berkebutuhan Khusus tersebut memiliki ketertarikan, merasa senang dan rileks serta ter-stimuli.
5 Warna dibagi menjadi menjadi 2 kategori, yaitu:
a. Warm Color: merah, orange, dan kuning. Warna merah merupakan warna yang bersemangat, dapat meningkatkan aktivitas otak dan tonus otot serta dapat memberikan rasa hangat. Warna orange efeknya sama dengan merah tetapi lebih ringan, aktivasi, energis dan dapat menurunkan efek depresi. Warna kuning efeknya sama dengan merah dan orange tapi paling ringan, warna yang stabil, meningkatkan performa diri dan konsentrasi. (Ada penelitian bahwa ayam lebih banyak bertelur di bawah lampu kuning. [Nasrullah, 1998])
b. Cool Color: hijau, biru dan warna-warna lembut. Warna Biru akan memberikan efek menurunkan denyut jantung, tekanan darah, dan frekuensi nafas sampai dengan 20 persen serta untuk relaksasi dan meditasi. Warna hijau akan memberikan efek rasa damai, tenang, dan sejuk, dan menurunkan hormon stress dalam darah serta menurunkan tekanan/tegangan pada otot.
2. Pendengaran / Hearing
Pitch, Tone, Rhythm dan Silence sangatlah penting. Musik untuk relaksasi adalah suatu hal yang menyenangkan. Rhythm yang simpel, dibutuhkan oleh anak dengan kemampuan intelektual yang rendah sehingga Anak Berkebutuhan Khusus lebih rileks.
Hearing stimuli terdiri dari:
a. Soft music: rasa hangat, nyaman, aman dan rileks
b. Cheerfull music: riang, mem-provokasi gerak aktif dan dinamis.
Musik bergantung pula pada ritme, harmoni, dinamisasi, keras-lembutnya. Dari Hasil Penelitian diketahui bahwa Corpus Callosum (serat putih besar yang menyatukan dua bagian dari otak besar pada manusia) para pemusik lebih tebal.
3. Sensor Sentuhan/Peraba / Tactile
Menyediakan permukaan yang berbeda untuk menstimuli sensor sentuhan/peraba sangatlah penting: kasar, lembut, basah, kering, hangat, dan dingin. Kontak melalui sentuhan (sensor peraba) antara Terapis dan anak sangatlah diperlukan. Meskipun Terapis tidak berbicara, namun sentuhan akan menjadi suatu bentuk kontak antara Terapis dan anak. Dengan sentuhan terapis akan menunjukkan rasa peduli pada anak dan anak merasa aman dan nyaman.
4. Penciuman / Smell
Stimulasi pada sensor penciuman sangat berpengaruh pada hasil Terapi Snoezelen meskipun kadang merupakan sensor yang jarang digunakan. Bebauan atau aroma ditengarai mampu menciptakan memori yang sangat kuat.
Stimulasi penciuman antara lain:
a. Peppermint dapat merangsang inspirasi lebih panjang (bernafas dalam-dalam dengan rileks).
b. Mawar dapat menekan rasa takut dan memberi rasa positif.
c. Patchouli (sejenis minyak tumbuh- tumbuhan) dapat memperbaiki sikap cuek, dan memudahkan anak untuk dikendalikan/dikontrol.
d. Camelia dapat menenangkan.
e. Lavender juga dapat menenangkan dan mempertahankan fokus/perhatian.
f. Eucalyptus dapat meningkatkan kesiagaan.
g. Melati dapat mencegah perubahan dari undersensitive ke oversensitive dan sebaliknya.
h. Basilika (kemangi/selasih) dapat memperbaiki rasa percaya diri.
Pelaksanaan Terapi Snoezelen
Pelaksanaan Terapi Snoezelen dasar umumnya menggunakan teori ‘humanistic psychology’ oleh Carl Roger, yakni:
1. client centre (berpusat pada klien)
2. perhatian tidak tergantung kondisi
3. tidak mengkritik pasien
4. memberi pilihan
5. memahami perilaku pasien
Persiapan Sebelum Menjalani Terapi Snoezelen
Tidak ada persiapan khusus untuk menjalani terapi Snoezelen. Inti dari penerapan terapi ini adalah memberikan keleluasaan kepada pasien untuk beraktivitas dan melatih respons indrawi secara bebas dan rileks. Pasien anak yang bisa masuk ruang terapi ini hanyalah mereka yang sudah didiagnosis mengalami masalah tumbuh kembang dan umumnya telah mengikuti sesi terapi lain, khususnya terapi okupasi.
Prosedur dan Pelaksanaan Terapi Snoezelen
Terapi Snoezelen diberikan dalam bentuk sesi yang setiap sesi umumnya berlangsung sekitar 10-20 menit. Tidak ada komunikasi verbal antara terapis dan pasien dalam terapi. Kelangsungan terapi bergantung pada respons pasien terhadap rangsangan dari suasana dan lingkungan yang dihadirkan dalam ruangan terapi. Rangsangan itu antara lain berupa cahaya yang redup menenangkan, musik yang lembut, bola terapi, ayunan, wewangian, dan segala peralatan yang dapat melatih keterampilan motorik anak.
Perawatan Pasca Terapi Snoezelen
Pasien tidak memerlukan perawatan pasca terapi Snoezelen. Seusai terapi, biasanya dokter atau terapis akan menanyakan kesan pasien anak dari ruang terapi itu. Terapis juga akan bertanya apa lagi yang hendak dilakukan di ruangan pada sesi berikutnya. Respons dari anak akan dijadikan bahan penilaian terhadap tingkat kemajuan yang dicapai dari sesi terapi yang sudah dijalani.
Efek Samping Setelah Terapi Snoezelen
Tidak ada efek samping yang mempengaruhi kesehatan pasien akibat terapi ini. Namun terapis harus bisa memahami kebutuhan dan kondisi pasien ketika akan mengikutkannya dalam terapi di ruangan multisensori. Anak harus dalam keadaan tenang, stabil, dan tidak gusar ketika masuk ke ruangan agar bisa memberikan respons yang optimal untuk evaluasi keterampilan motoriknya.
Referensi :
https://primayahospital.com/anak/terapi-snoezelen
https://id.scribd.com/doc/140644183/TERAPI-SNOEZELEN
Sumber gambar: Dokumentasi Humas-RSO