Rabu, 30 Agustus 2023 08:35 WIB

Kenali Efek Ketamin

Responsive image
4694
Dr. Cynthia Dewi Sinardja, Sp.An, MARS, FCC - RSUP Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah

Ketamin merupakan salah satu jenis obat anestesi yang biasanya digunakan bagi pasien yang akan menjalani suatu prosedur medis, misalnya pembedahan. Ketamin hidroklorida merupakan “rapid acting non barbiturate general anesthetic’’. Obat ini memiliki nama dagang yang popular yaitu Ketalar yang diperkenalkan oleh Domino dan Carsen pada taun 1965. Obat ini hanya dapat digunakan di rumah sakit dan saat penggunaannya diawasi penuh oleh dokter.  Ketamin memiliki banyak efek di sepanjang sistem saraf pusat, dan cara kerja ketamin yaitu menginhibisi kanal N-metil-D-aspartat (NMDA) dan kanal neuronal hyperpolarization activated cationic (HCN1).

Ketamin merupakan larutan tidak berwarna, bersifat agak asam dan sensitif terhadap cahaya dan udara. Ketamin dikemas dalam vial (botol) berwarna coklat agar terhindar dari pengaruh langsung sinar matahari. Terdapat dua kemasan vial dengan konsentrasi 50 mg/ml dan 100 mg/ml yang masing-masing kemasan vial berisi 10 ml. Ketamin digunakan dengan cara diinjeksikan ke dalam otot atau melalui vena. Dosis induksi ketamin secara intravena 1-2mg/kgbb kemudian dosis maintenance 10-20mcg/kgbb/menit, sedangkan dosis intramuscular 3-5mg/kgbb. Ketamin apabila diberikan secara tunggal dapat memicu hipertensi yang cukup bermakna. Namun, ketamin hampir tidak pernah digunakan sebagai agen tunggal. Apabila diberikan dengan dosis kecil bersama agen-agen lainnya, seperti benzodiazepin atau propofol, sifat stimulasi simpatis dari ketamin dapat ditumpulkan atau dieliminasi.

Efek ketamin terhadap susunan saraf pusat antara lain mempunyai efek analgesia yang sangat kuat, akan tetapi efek hipnotiknya kurang dan disertai dengan efek disosiasi, artinya pasien mengalami perubahan persepsi terhadap rangsang dan lingkungannya. Efek dari ketamin dapat menyebabkan pasien mimpi buruk, halusinasi dan kadang-kadang terjadi gaduh gelisah dan “banjir” kata-kata. Pasien mengalami perubahan tingkat kesadaran yang disertai tanda khas pada mata kelopak mata akan terbuka spontan dan nystagmus. Selain itu kadang dijumpai gerakan yang tidak disadari, seperti gerakan mengunyah, menelan, tremor dan kejang.

Efek ketamin pada jantung bersifat simpatomimetik karena efek inotropik positif dan vasokonstriksi pembuluh darah perifer yang menyebabkan tekanan darah dan denyut jantung meningkat. Efek ketamin pada saluran napas bisa menimbulkan dilatasi (pelebaran) bronkus sehingga merupakan obat pilihan pada pasien asma. Efek ketamin terhadap otot rangka dapat menyebabkan rigiditas atau kaku otot dan sendi namun efek ini dapat dikurangi dengan pemberian diazepam terlebihi dahulu. Efek Ketamin pada sistem metabolisme antara lain dapat merangsang sekresi hormon-hormon katabolic seperti katekolamin, kortisol, glucagon sehingga laju katabolisme tubuh meningkat serta dapat menyebabkan kadar gula darah meningkat sehingga perlu perhatian khusus pemberian ketamin pada pasien dengan Riwayat diabetes melitus.

Absorbsi ketamin pada anak-anak jauh lebih cepat dibandingkan dewasa. Fenomena ini mungkin terkait dengan lemahnya otot anak-anak. Waktu paruh juga lebih cepat pada anak-anak (100 menit dibandingkan 2-3 jam pada dewasa) Ketamin sangat larut dalam lemak sehingga dapat dengan mudah menembus blood brain barrier yang kemudian berefek peningkatan aliran darah ke otak. Ketamin di metabolisme di dalam sistem microsomal P450 hati. Di sini mengalami demetilasi menjadi nor ketamin. Zat ini kemudian mengalami dehidrasi atau hidroksilasi. Selain itu ketamin juga dapat mengalami hidroksilasi. Semua hasil metabolisme ini kemudian mengalami konjungasi dan dieksresikan melalui urin dan faces.

Mengingat efek farmakodinamiknya yang relative kompleks, maka penggunaannya terbatas pada pasien yang normal saja. Pada pasien yang menderita penyakit sistemik, penggunaannya harus mempertimbangkan untung rugi. Kontraindikasi penggunaan ketamin adalah:

§  Hipertensi yang tak terkontrol.

§  Hipertiroid.

§  Eklampsi/Pre eklampsi.

§  Gagal jantung.

§  Unstable angina, infark myokard.

§  Aneurisma intra kranial, thoraks dan abdomen.

§  Tekanan intrakranial tinggi dan perdarahan cerebral.

§  Tekanan intra okuler yang tinggi.

§  Trauma mata terbuka.

 

Referensi :

Pribish A, Wood N, Kalava A. A Review of Nonanesthetic Uses of Ketamine. Anesthesiol Res Pract. 2020;2020:5798285. Published 2020 Apr 1. doi:10.1155/2020/5798285?

Morgan GE., Mikhail MS., 2022. Intravenous Anesthetics. In: Clinical Anesthesiology. 7th ed McGraw Hill, USA. p.310-15.

Mangku, Gde, Senapathi Tjokorda GA. 2010. Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi. Jakarta Barat; Permata Puri Media.