Gangguan jiwa merupakan permasalahan internasional yang apabila tidak dapat ditangani akan cenderung meningkat setiap tahunnya. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa yang termasuk dalam gangguan jiwa antara lain depresi, gangguan bipolar, skizofrenia dan psikosis, demensia, dan gangguan perkembangan. Tahun 2012, World Health Organization (WHO) mencatat jumlah penderita gangguan jiwa di dunia mencapai 450 juta jiwa, dan pada tahun 2016 data World Health Organization (WHO) menunjukkan terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena demensia.
Jumlah penderita gangguan jiwa tertinggi di Indonesia terdapat di provinsi DKI Jakarta (24,3%), Nagroe Aceh Darusalam (18,5%), Sumatera Barat (17,7%), NTB (10,9%), Sumatera Selatan (9,2%), dan Jawa Tengah (6,8%). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 menunjukkan bahwa prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas sebesar 6% atau sekitar 14 juta orang, sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat seperti skizofrenia adalah 1,7 per 1000 penduduk atau sekitar 400.000 orang. Prevalensi penderita gangguan jiwa di Jawa Tengah dari tahun ke tahun terus meningkat. Tahun 2013, jumlah penderita gangguan jiwa di Jawa Tengah mencapai 121.962 orang. Jumlah tersebut meningkat menjadi 260.247 orang pada tahun 2014, sedangkan pada tahun 2015 jumlah penderita gangguan jiwa bertambah menjadi 317.504 orang.
Gangguan jiwa merupakan kondisi kesehatan dimana individu tersebut mengalami perubahan dalam pola pikir, emosi, atau perilaku maupun gabungan dari ketiga perubahan tersebut (American Phsychiatric Association. 2015). Gangguan jiwa berhubungan dengan distres atau masalah dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau masalah keluarga. Gangguan jiwa meliputi berbagai masalah dengan tanda gejala yang berbeda. Secara umum, gangguan jiwa ditandai dengan beberapa kombinasi dari pola pikir abnormal, emosi, perilaku, dan hubungan dengan yang lain (WHO). Gangguan jiwa menurut Depkes RI adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, sehingga dapat menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial (Departemen Kesehatan RI, 2000).
Gangguan jiwa dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor biologi yang meliputi otak, sistem endokrin, genetik, sensori, dan faktor ibu selama masa kehamilan, faktor psikologis yang meliputi pengalaman awal, proses pembelajaran, dan kebutuhan dalam hidup, faktor sosial budaya yang meliputi stratifikasi sosial, interaksi sosial, keluarga, perubahan sosial, dan sosial budaya itu sendiri, serta yang terakhir adalah faktor lingkungan.
Adapun gangguan jiwa dapat dibedakan menjadi lima jenis (WHO,2016) , yaitu:
1. Depresi
Depresi merupakan gangguan mental yang umum dan merupakan salah satu dari penyebab utama disabilitas di dunia. Selain itu, depresi juga merupakan penyebab utama seseorang melakukan bunuh diri. Secara global, diperkirakan 350 juta orang mengalami depresi. Depresi ditandai dengan perasaan bersedih, perasaan putus asa, pesimis, perasaan bersalah, tidak berharga, kesulitan berkonsentrasi, mengingat dan membuat keputusan, pikiran bunuh diri bahkan percobaan bunuh diri. Banyak faktor yang dapat menyebabkan individu mengalami depresi seperti faktor genetik, trauma, kehilangan orang yang berharga, ketidakmampuan menjalin hubungan atau situasi lainnya yang dapat menyebabkan stres. Depresi seringkali terjadi pada dewasa awal antara usia 20 sampai 30 tahun. Depresi dapat ditangani menggunakan obat-obatan berupa antidepresan dan psychotheraphy atau talk therapy (National Institute of Mental Health)
2. Gangguan Bipolar
Gangguan bipolar dialami oleh lebih dari 60 juta orang di dunia. Bipolar terdiri dari dua episode manik dan depresi yang biasanya di perantarai oleh episode normal. Episode manik ditandai dengan peningkatan mood, aktifitas berlebih, harga diri meningkat, penurunan kebutuhan untuk tidur. Orang yang mengalami episode manik tanpa mengalami episode depresi juga di klasifikasikan mengalami gangguan bipolar.
3. Skizofrenia
Skizofrenia diderita oleh lebih dari 21 juta jiwa di dunia. Skizofrenia ditandai dengan distorsi pikiran, perspesi, emosi, bahasa, dan perilaku. Skizofrenia di tandai dengan adanya halusinasi penglihatan, pendengaran, atau merasakan sesuatu yang tidak ada. Gejala lain dari skizofrenia dapat berupa delusi, dan juga perilaku abnormal seperti penampilan aneh, bicara tidak koheren, berkeliaran, bergumam atau tertawa sendiri, pengabaian diri. Skizofrenia dapat tangani dengan penggunaan obat-obatan dan dukungan psikososial.
4. Demensia
Diperkirakan sekitar 47,5 juta orang mengalami demensia. Demensia biasanya bersifat kronik atau progresif dimana terdapat penurunan fungsi kognitif (kemampuan memproses pikiran) malampaui apa yang dapat diharapkan dari penuaan normal. Demensia mempengaruhi memori, proses pikir, orientasi, kalkulasi, kapasitas belajar, bahasa, dan pengambilan keputusan. Keruskan fungsi kognitif umumnya disertai dan kadang kadang didahului dengan penurunan pengendalian emosi, perilaku sosial, atau motivasi.
5. Gangguan Tumbuh Kembang
Gangguan tumbuh kembang biasanya terjadi pada anak kecil tetapi dapat bertahan sampai dewasa, menyebabkan kerusakan, atau penundaan fungsi berhubungan dengan maturitas sistem syaraf pusat.
Referensi:
American Phsychiatric Association. 2015. What is mental illness [Internet]. Diakses di https://www.psychiatry.org/patients-families/what-is-mental-illness
Departemen Kesehatan RI. 2000. Keperawatan Jiwa Teori dan Tindakan Keperawatan. Jakarta.
World Health Organization. 2016. Diakses di https://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs396/en/