Jumat, 05 Agustus 2022 12:38 WIB

Ibu hamil dengan Infeksi Covid-19, Pilih Lahir Normal atau Operasi Caesar?

Responsive image
2149
dr. Maharani Raesa P - RSUP dr. Sardjito Yogyakarta

     Semenjak merebaknya kasus infeksi Covid-19 di Wuhan tahun 2019 lalu, diketahui jumlah penderitanya per minggu tanggal 24-30 januari 2022, penderita Covid-19 mencapai 22 juta kasus baru dan kematian lebih dari 59.000 kematian yang dilaporkan. Per Januari 2022, lebih dari 370 juta kasus terkonfirmasi dan 5.6 juta dilaporkan meninggal dunia karena infeksi Covid-19. Ibu hamil sendiri diketahui menjadi salah satu golongan yang rentan terkena infeksi virus tersebut. Hal ini disebabkan, dikarenakan rahim yang semakin membesar dan mendesak ke paru-paru, selain itu secara imunologis, ibu hamil memiliki daya tahan tubuh yang lebih rentan terkena infeksi salah satunya infeksi Covid-19. Gejala infeksi Covid-19 sendiri dimulai dari yang ringan seperti batuk pilek, demam, nyeri tenggorokan sampai gejala berat yakni sesak nafas yang ditandai dengan penurunan saturasi oksigen, pada ibu hamil , saturasi oksigen dipertahankan adekuat, agar mencegah janin di dalam rahim terjadi hipoksia atau kekurangaan oksigen. derajat infeksi SARS COV sendiri dibagi menjadi derajat ringan, sedang dan berat.

     Diketahui dari jurnal Kesehatan, virus tersebut dapat bertransmisi secara vertikal dari ibu ke bayi selama kehamilan, persalinan dan setelah persalinan. Belum ada sumber pasti yang menyebutkan mode of delivery yang paling sesuai untuk ibu yang terinfeksi Covid-19. Pada dasarnya, pemilihan mode of delivery mempertimbangkan kondisi individu dengan mempertimbangkan kondisi ibu dan penularan dari ibu dan bayi. Dengan demikian penentuan mode of delivery yang sesuai harus dipertimbangkan dari berbagai aspek seperti usia kehamilan, derajat infeksi, kondisi ibu dan janin saat ibu terkena infeksi Covid-19.

     Secara umum, persalinan pervaginam bukan kontra indikasi untuk ibu yang terinfeksi Covid-19, jika derajat infeksinya ringan dan ibu tidak ada kontra indikasi untuk melahirkan secara pervaginam, maka persalinan bisa dilakukan. Kontraindikasi persalinan pervaginam misalnya panggul ibu sempit, kelainan pada janin yang tidak memungkingkan lahir pervaginam dan kelainan plasenta yang menutup jalan lahir. Perlu diingat kembali, operasi Caesar bukan merupakan pilihan satu satunya untuk ibu yang terinfeksi covid. Perlu diingat pula, untuk ibu hamil yang terinfeksi Covid-19, perlu diperhatikan, saat ini tidak semua rumah sakit atau fasilitas kesehatan dapat merawat ibu hamil yang terinfeksi Covid-19 yang akan bersalin, jadi penentuan dimana akan melahirkan juga merupakan aspek yang perlu diperhatikan.

     Perlu diingat bahwa baik secara pervaginam atau operasi Caesar, ibu dengan infeksi Covid-19, belum ada bukti ilmiah saat ini yang menyatakan metode persalinan yang mana yang lebih baik untuk mencegah transmisi virus Covid-19 dari ibu ke bayi, hendaknya pemilihan mode of delivery didasarkan dari masing-masing individu. Pada ibu hamil yang terinfeksi Covid-19 dengan derajat berat, pemilihan melahirkan secara operasi Caesar dipilih sebagai suatu upaya life saving pada ibu dan bayi. Jika ibu terinfeksi dalam kondisi baik dan hanya menunjukan gejala ringan, jika tidak ada kontra indikasi obstetri, pemilihan mode of delivery secara pervaginam bisa menjadi pilihan yang bijak. Jadi, sudah paham kan ibu-ibu? untuk pemilihan mode persalinan pada ibu hamil yang terinfeksi Covid-19 tidak semata-mata haru dilakukan tindakan operatif.

Sumber :

https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019/situation-reports

Giaxi, P., Maniatelli, E., and Vivilaki, V. G. (2020). Evaluation of mode of delivery in pregnant women infected with COVID-19. European Journal of Midwifery, 4(July). https://doi.org/10.18332/ejm/123888