Kamis, 13 Oktober 2022 12:57 WIB

Stunting vs Wasting pada Anak

Responsive image
36359
Septa Clara Astiyah, SST, MARS, RD - RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang

Pemerintah sejak tahun 2018 telah meluncurkan program perbaikan stunting pada balita dengan target menurunkan < 20% kejadian stunting di lokasi kasus melalui strategi pendekatan sensitif dan pendekatan spesifik. Pendekatan sensitif menjadi fokus dari bidang gizi dan kesehatan sedangkan pendekatan spesifik melibatkan lintas program dan lintas sektor mulai dari perangkat desa, departemen agama, BKKBN, sanitasi lingkungan, infrastruktur, perumahan, badan perencanaan daerah, badan pangan dan gizi, bidang pertanian, bidang perikanan, bidang peternakan, bidang pendidikan dan lain-lain. Upaya pemberantasan stunting ini terus dilakukan sampai sekarang dan menunjukkan hasil dari pendekatan sensitif memberikan 30% keberhasilan dan pendekatan spesifik menunjukkan hasil 70% keberhasilan penurunan angka stunting di Indonesia.

Stunting merupakan tinggi badan yang rendah menurut usia anak atau gangguan tumbuh kembang akibat kekurangan gizi yang parah (kronis) dan infeksi yang persisten sehingga anak menjadi pendek atau sangat pendek. Anak yang stunting tidak tampak kurus karena anak bisa terlihat gemuk atau berat badannya normal, hanya saja anak menjadi lebih pendek daripada ukuran tinggi badan yang seharusnya pada usia tersebut. Stunting harus diwaspadai dengan memastikan asupan gizi anak terpenuhi, terutama kebutuhan terhadap zat gizi protein pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK).

Wasting adalah kondisi anak yang berat badannya menurun seiring waktu hingga total berat badannya jauh di bawah standar kurva pertumbuhan atau berat badan berdasarkan tinggi badannya rendah (kurus) dan menunjukkan penurunan berat badan (akut) dan parah. Pemicu wasting biasanya dikarenakan anak terkena diare sehingga berat badannya turun drastis tapi tinggi badannya tidak bermasalah.

Wasting tidak dapat dianggap sepele sebab jika penanganannya terlambat bisa berakibat fatal dan menyebabkan kematian.

Anak yang menderita stunting akibat kekurangan zat gizi protein secara kronis atau anak yang mengalami wasting akibat kehilangan berat badan secara  akut dapat dimasukkan ke dalam kriteria anak gizi kurang atau underweight. Sebaliknya anak yang memiliki berat badan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tinggi badan seharusnya pada usia tersebut maka disebut anak menderita obesitas. Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak yang abnormal atau berlebihan dan dapat mengganggu kesehatan yang diukur berdasarkan standar WHO.

Kasus selanjutnya yang dapat dialami adalah anak menderita double burden yaitu anak yang menderita stunting secara bersamaan mengalami obesitas juga sehingga anak terlihat gemuk dan pendek. Semua hal ini perlu mendapatkan perhatian dan penanganan yang tepat dari pemerintah dan berbagai pihak yang terlibat agar kita dapat mengatasi masalah stunting, wasting, underweight maupun obesitas pada anak secara bersama-sama.   

 

Referensi :

Ministry of Health and Family Welfare (MoHFW), Government of India, UNICEF and Population Council. 2019. Comprehensive National Nutrition Survey (CNNS) National Report. New Delhi.

World Health Organization. Malnutrition Factsheet. 2020. Accessed from https://www.who. int/newsroom/fact-sheets/detail/malnutrition

https://lifestyle.kompas.com/read/2021/11/23/172707520/serupa-tetapi-tak-sama-ini-perbedaan-stunting-wasting-dan-underweight?page=all

Sumber gambar : WHO, 2020, https://projectsanchar.org/wp-content/uploads/2020/10/CNNS-Stunting-Wasting-Underweight.pdf