Kamis, 20 Juni 2024 13:24 WIB

Waspada! Tanda-tanda Serangan Jantung yang Sering Terabaikan pada Wanita

Responsive image
68
dr. Tommy - RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta

Masalah penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan salah satu tantangan serius dalam dunia kesehatan, baik di tingkat global maupun di Indonesia. Sebelum pandemi COVID-19 yang terjadi dalam 3 tahun terakhir, penyakit jantung merupakan penyakit pembunuh nomor satu di dunia dan salah satu penyebab kematian tersering di Indonesia. Dalam data yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2021, kematian akibat penyakit jantung mencapai angka 17,8 juta kematian atau satu dari tiga kematian di dunia setiap tahun disebabkan oleh penyakit jantung. Salah satu penyakit jantung yang paling banyak menyebabkan kematian adalah serangan jantung. Lebih dari empat per lima kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah disebabkan oleh serangan jantung dan stroke. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 dan 2018 menunjukkan peningkatan kasus penyakit jantung yakni 0,5% pada 2013 menjadi 1,5% pada 2018. Bahkan penyakit jantung, hingga saat ini menjadi beban biaya terbesar dalam segi kesehatan di Indonesia.

Serangan jantung terjadi ketika aliran darah yang membawa oksigen ke otot jantung terhenti atau berkurang secara signifikan. Hal ini disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah koroner akibat penumpukan lemak, kolesterol, dan zat lain yang membentuk plak, keseluruhan proses ini dikenal sebagai aterosklerosis. Apabila plak tersebut pecah, pembekuan darah terjadi dan dapat menghambat aliran darah ke otot jantung, sehingga menyebabkan kerusakan atau kematian pada jaringan otot jantung. Faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya plak dan serangan jantung meliputi gaya hidup tidak sehat seperti merokok, diet tinggi lemak dan kolesterol, konsumsi alkohol secara berlebihan, kurangnya aktivitas fisik, dan stres mental. Selain itu, faktor genetik, usia, dan riwayat keluarga juga dapat memainkan peran penting dalam timbulnya plak pada pembuluh darah koroner. Beberapa kondisi medis seperti diabetes, obesitas, tekanan darah tinggi, dan penyakit pembuluh darah tepi juga dapat meningkatkan risiko terjadinya serangan jantung.

Serangan jantung atau yang dikenal secara medis sebagai infark miokard, seringkali diasosiasikan dengan penyakit pada kelompok pria padahal penyakit ini juga menjadi risiko serius pada kelompok wanita. Studi menunjukkan bahwa serangan jantung pada wanita seringkali memiliki manifestasi yang berbeda dan cenderung sulit teridentifikasi jika dibandingkan dengan manifestasi pada kelompok pria. Gejalanya tidak selalu mencakup nyeri dada khas yang sering dikaitkan dengan serangan jantung pada pria. Kondisi aterosklerosis mungkin tidak menunjukkan gejala pada tahap awal, tetapi nyeri atau kram otot dapat muncul saat arteri jantung menyempit lebih dari 70%. Sistem sirkulasi kolateral, yaitu jaringan pembuluh darah terdekat yang memperluas untuk mengkompensasi pembatasan aliran darah, dapat memberikan perlindungan pada beberapa orang dari serangan jantung sehingga gejala awal dapat tersamarkan. Beberapa faktor risiko pada wanita, antara lain:

  1. Diabetes. Wanita dengan diabetes memiliki risiko lebih tinggi terjadi penyakit jantung dibandingkan dengan pria yang memiliki diabetes. Diabetes juga dapat menyebabkan seseorang wanita merasakan nyeri, sehingga meningkatkan risiko serangan jantung tanpa gejala.
  2. Stres emosional dan depresi. Stres dan depresi dapat memengaruhi kesehatan jantung wanita dibandingkan dengan pria. Depresi dapat membuat sulit menjalani gaya hidup sehat dan mengikuti pengobatan yang direkomendasikan untuk kondisi kesehatan lainnya.
  3. Merokok. Merokok merupakan faktor risiko yang lebih besar untuk penyakit jantung pada wanita daripada pada pria.
  4. Kurang aktivitas fisik. Kurangnya aktivitas fisik merupakan faktor risiko utama penyakit jantung.
  5. Menopause. Rendahnya kadar estrogen setelah menopause meningkatkan risiko terjadinya penyakit pada pembuluh darah.
  6. Komplikasi kehamilan. Tekanan darah tinggi atau diabetes selama masa kehamilan dapat meningkatkan risiko jangka panjang pada wanita untuk mengalami tekanan darah tinggi dan diabetes di masa kehidupannya.
  7. Riwayat keluarga dengan penyakit jantung dini. Hal ini meningkatkan faktor risiko penyakit jantung pada wanita.
  8. Riwayat penyakit inflamasi. Penyakit seperti rheumatoid arthritis, lupus, dan kondisi inflamasi lainnya dapat meningkatkan risiko penyakit jantung baik pada pria maupun wanita.

Gejala serangan jantung pada wanita sering kali berbeda dengan pria. Meskipun nyeri dada merupakan gejala umum, wanita dapat mengalami tekanan atau ketegangan di dada, serta gejala lain seperti:

-          Rasa tidak nyaman di leher, rahang, bahu, punggung atas, atau perut bagian atas

-          Sesak napas

-          Nyeri di salah satu atau kedua lengan

-          Mual atau muntah

-          Keringat berlebihan

-          Keleyengan atau rasa pusing berputar

-          Kelelahan yang tidak biasa, dan

-          Rasa terbakar di dada (gangguan pencernaan)

Wanita cenderung memiliki pembuluh darah kecil yang tersumbat, sehingga menyebabkan gejala yang kurang jelas. Gejala wanita juga mungkin muncul saat istirahat atau tidur, dan stres emosional dapat memicu serangan jantung. Selain itu, kurangnya kesadaran, baik di kalangan wanita maupun profesional kesehatan, terkait dengan risiko serangan jantung pada wanita bisa menjadi hambatan dalam deteksi dini dan pengelolaan kondisi ini. Mengetahui gejala khas pada wanita dapat menjadi langkah penting dalam mendeteksi serangan jantung secara dini sehingga meningkatkan persentasi keberhasilan penanganan dan angka harapan hidup yang lebih tinggi.

Berikut ini adalah 6 langkah sehat untuk mencegah serangan jantung yang penting untuk diketahui bersama, antara lain:

1. Periksa kesehatan secara rutin (seperti tekanan darah, gula darah, dll)

2. Menghindari rokok

3. Berolahraga secara teratur

4. Kelola stres

5. Diet seimbang

6. Istirahat cukup

Dengan menerapkan langkah pencegahan tersebut dengan baik dan konsisten, maka risiko serangan jantung, baik bagi seseorang yang berusia muda maupun bagi para lansia dapat diminimalisir.

Penting juga untuk memahami perbedaan antara serangan jantung dan henti jantung. Serangan jantung terjadi ketika aliran darah terhenti, sementara henti jantung adalah kelainan listrik yang membuat jantung berhenti berdetak. Meskipun serangan jantung dapat menyebabkan henti jantung, keduanya memiliki mekanisme dan penanganan yang berbeda. Sehingga jika menemukan gejala-gejala serangan jantung atau ragu terhadap gejala yang dialami maka segeralah berkonsultasi dengan tenaga kesehatan atau langsung datang ke fasilitas kesehatan terdekat.

 

Referensi:

American Heart Association. About Heart Attacks [Internet]. www.heart.org. 2016. Available from: https://www.heart.org/en/health-topics/heart-attack/about-heart-attacks

Centers for Disease Control and Prevention. Heart attack facts & statistics [Internet]. Centers for Disease Control and Prevention. 2022. Available from: https://www.cdc.gov/heartdisease/heart_attack.htm

Proactive steps can reduce chances of second heart attack [Internet]. www.heart.org. Available from: https://www.heart.org/en/news/2019/04/04/proactive-steps-can-reduce-chances-of-second-heart-attack

Mayo Clinic. How heart disease is different for women [Internet]. Mayo Clinic. 2019. Available from: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/heart-disease/in-depth/heart-disease/art-20046167

Visseren FLJ, Mach F, Smulders YM, Carballo D, Koskinas KC, Bäck M, et al. 2021 ESC Guidelines on Cardiovascular Disease Prevention in Clinical Practice. European Heart Journal. 2021 Aug 30;42(34):3227–337.?

Sumber gambar: https://www.freepik.com/free-vector/arrhytmia-concept-illustration_197101352.htm#fromView=search&page=2&position=14&uuid=79019282-fdc0-48d2-84ad-78386cd71399