Rabu, 12 Juni 2024 07:00 WIB

Kehamilan dan Hubungannya dengan Tekanan Darah Tinggi 

Responsive image
30
dr. Lesi Kurnia Putri - RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta

Tekanan darah tinggi menjadi masalah selama kehamilan, efek buruk dari perkembangan menjadi pre-eklampsia atau eklampsia merupakan masalah utama. Penyebab tekanan darah menjadi tinggi selama kehamilan disebabkan oleh keadaan yang mengurangi aliran darah ke uteroplasenta. Tekanan darh tinggi dapat diketahui pada saat Ante Natal Care (ANC) yang dimulai pada saat usia kehamilan di semester pertama. Tekanan darah tinggi pada kehamilan dapat disimpulkan jika didapatkan tekanan darah sistolik di atas 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik di atas 90 mmHg. Keadaan gawat darurat jika pada pengukuran tekanan darah didapatkan tekanan darah sistolik di atas 160mmHg sistolik dan atau 110mmHg diastolic dapat disertai gejala seperti sakit kepala yang tidak hilang, penglihatan kabur, sesak napas, gangguan ginjal menyebabkan retensi air yang menyebabkan pembengkakan pada kedua tungkai bawah, atau gangguan hati (nyeri pada perut kuadran atas kanan. Hasil pengukuran tekanan darah dapat terus dievaluasi dengan pemantauan tekanan darah ambulatori, pemantauan tekanan darah di rumah atau pada kunjungan ANC dimulai pada trimester pertama.

Peningkatan tekanan darah tinggi selama kehamilan dapat disebabkan oleh beberapa kondisi sebagai berikut : 

1.    Ibu hamil dengan kelebihan berat badan atau obesitas

2.    Ibu hamil pada saat usia di atas 35 tahun

3.    Ibu hamil yang memiliki riwayat diabetes melitus dan gangguan ginjal

4.    Ibu hamil yang sebelumnya memiliki riwayat tekanan darah tinggi

5.    Terdapat kelainan plasenta seperti kelainan pembentukan dan fungsi  abnormal

6.    Memiliki keluarga dengan riwayat preeklampsia

Adapun komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh peningkatan tekanan darah selama kehamilan yaitu sebagai berikut : Kejang, Perdarahan intracranial, Edema paru, Gagal ginjal, Koagulopati, Hemolisis, Kerusakan hati, Trombositopenia, Restriksi Pertumbuhan Janin, Oligohidramnion dan Abruption plasenta.

1.    Pertumbuhan janin yang terhambat

Tekanan darah tinggi dapat menurunkan aliran nutrisi dari tubuh Anda ke janin melalui plasenta. Bila hal ini terjadi, bayi di dalam kandungan mungkin akan kekurangan oksigen dan nutrisi. Hal ini menyebabkan pertumbuhan janin yang terhambat atau yang biasa disebut dengan Intra Uterine Growth Restriction (IUGR) dan berujung pada berat lahir bayi yang rendah.

2.    Abrupsi plasental

Preeklampsia meningkatkan risiko pada abrupsi plasenta yang menyebabkan plasenta terpisah dari dinding dalam rahim sebelum persalinan. Abrupsi plasenta yang parah dapat menyebabkan perdarahan berat dan kerusakan pada plasenta yang dapat berakibat fatal bagi ibu dan janin.

3.    Kelahiran prematur

Pada keadaan tekanan darah tinggi yang disertai keadaan ibu dan janin dalam status gawat darurat dapat menyebakan persalinan sebelum waktunya (prematur). Kelahiran prematur dapat menyebabkan masalah pernapasan serta peningkatan risiko infeksi serta lama hari perawatan bayi di ruang intensif

 

Bolehkah Menggunakan Obat Tekanan Darah Tinggi Saat Hamil ?

Tekanan darah tinggi sangat membutuhkan obat untuk menurunkan tekanan darah untuk mencegah komplikasi pada ibu dan janin. Pemberian obat penurun tekanan darah tinggi dapat diberikan pada saat ANC. Obat penurun tekanan darah tersebut dapat dikonsumsi dalam dosis yang tepat dan jangan menghentikan penggunaan atau menyesuaikan dosis obat sendiri tanpa pemantauan yang ketat dari dokter kandungan dan dokter jantung.

Peran Tim Interprofesional dalam Pengelolaan Tekanan Darah Tinggi Pada Kehamilan

Pengelolaan tekanan darah tinggi pada kehamilan sebaiknya dilakukan dalam tim interprofesional yang terdiri dari dokter jantung, dokter kandungan, ahli gizi, fisioterapis dan perawat. Kunci utamanya adalah mencegah hipertensi pada awalnya. Meskipun tidak ada satu cara mutlak untuk mencegah hipertensi selama kehamilan, pasien sebaiknya dimotivasi untuk mengubah gaya hidup dan menjadi lebih aktif secara fisik. Pasien sebaiknya makan makanan sehat dan menghindari peningkatan berat badan yang berlebihan. Tindak lanjut secara teratur dengan dokter kandungan sangat disarankan dan pasien sebaiknya diajarkan cara memantau tekanan darah di rumah. Merokok dan minuman beralkohol sebaiknya dihindari dan pasien sebaiknya mencoba menghindari makan manis.

Tekanan darah tinggi pada kehamilan termasuk hipertensi kronis dengan atau tanpa pre-eklampsia aatu eklampsia, hipertensi kehamilan, sindrom HELLP, pre-eklampsia dengan atau tanpa gejala parah, atau eklampsia, merupakan risiko signifikan terhadap morbiditas baik pada ibu maupun janin. Dalam mengelola kondisi ini diagnosis yang tepat, pengelolaan tekanan darah dan perawatan yang tepat waktu sangat penting. Dengan pendekatan tim interprofesional yang terkoordinasi, perawatan yang efektif dapat diberikan untuk meningkatkan hasil kesehatan bagi pasien dengan tekanan darah tinggi pada kehamilan. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang penyebab dan pengelolaan tekanan darah tinggi pada kehamilan, perawatan yang lebih baik dapat diberikan kepada pasien, mengurangi risiko komplikasi dan meningkatkan kualitas hidup pada ibu dan janin selama kehamilan.

 

Referensi:

Luger RK, Kight BP. Hypertension In Pregnancy. [Updated 2022 Oct 3]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430839

Wilkerson RG, Ogunbodede AC. Hypertensive Disorders of Pregnancy. Emerg Med Clin North Am. 2019 May;37(2):301-316. doi: 10.1016/j.emc.2019.01.008. PMID: 30940374.

Sumber gambar: https://www.freepik.com/free-photo/senior-woman-visiting-therapist-clinic_12647927.htm#fromView=search&page=1&position=11&uuid=c304651b-d940-4b53-9796-d793ed51779f