Selasa, 11 Juni 2024 14:01 WIB

Penerbangan Jarak Jauh dan Risiko Trombosis Vena

Responsive image
22
dr. Nada Putri Pranidya - RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta

Penerbangan jarak jauh telah menjadi bagian integral dari kehidupan modern, memberikan kemudahan dan konektivitas global. Transportasi udara semakin hari semakin populer, terutama karena adanya pesawat modern yang cepat, aman, dan nyaman. Namun, hal ini juga membawa masalah kesehatan. Sekitar 1 miliar orang melakukan perjalanan ke seluruh dunia melalui udara setiap tahunnya dan setidaknya 5% di antaranya adalah pasien dengan masalah kesehatan kronis.1 Salah satu risiko kesehatan yang mengancam adalah trombosis vena, suatu kondisi yang dapat terjadi ketika seseorang duduk dalam posisi yang tidak bergerak untuk waktu yang lama. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang hubungan antara penerbangan jarak jauh dan risiko trombosis vena, serta langkah-langkah pencegahan yang dapat diambil.

Apa itu Trombosis Vena?

Trombosis vena dalam (DVT) adalah ketika darah membentuk bekuan di dalam pembuluh darah, biasanya di kaki, tetapi juga bisa terjadi di lengan, perut, atau otak. Ini merupakan bagian dari gangguan tromboemboli vena, yang merupakan penyebab kematian ketiga paling umum dari penyakit kardiovaskular setelah serangan jantung dan stroke.

DVT seringkali melibatkan pembuluh darah di kaki bagian bawah, di mana gumpalan darah tersebut sering terbentuk. Penyakit ini dapat menyebabkan masalah serius jika gumpalan tersebut pecah dan masuk ke paru-paru, yang dapat mengakibatkan emboli paru.

Penyakit ini cukup umum, dengan insiden sekitar 1,6 kasus per 1000 orang setiap tahun. Penting untuk mendeteksi dan mengobati DVT secara dini untuk mengurangi risiko komplikasi. Meskipun tidak semua pasien mengalami emboli paru, DVT yang tidak diobati dapat menyebabkan masalah berulang dan "sindrom pasca-trombotik," yang dapat mengakibatkan penderitaan yang berkepanjangan.. Oleh karena itu, diagnosis dan perawatan yang cepat sangat penting untuk mengurangi dampak buruk dari trombosis vena dalam ini.2

Hubungan Trombosis Vena dan Penerbangan Jarak Jauh

Trombosis vena, atau pembentukan gumpalan darah di pembuluh darah vena, dapat terjadi karena berbagai faktor, dan penerbangan jarak jauh dapat menjadi pemicu yang potensial. Selama penerbangan yang panjang, penumpang seringkali duduk dalam posisi yang kurang bergerak, yang dapat menghambat aliran darah, terutama pada kaki dan area panggul.

Studi menuunjukkan bahwa risiko trombosis vena ini lebih tinggi terjadi pada penerbangan yang berlangsung lebih dari 4 jam. Pada penerbangan semacam itu, satu dari enam ribu orang dapat mengalami trombosis vena setelah perjalananya.

Dalam studi yang melibatkan 14 penelitian, ditemukan sekitar 4.055 kasus trombosis vena dalam perjalanan hingga 8 jam. Risiko relatif untuk trombosis vena meningkat seiring dengan peningkatan waktu perjalanan. Sehingga, semakin lama waktu perjalananya, maka akan semakin tinggi risiko terjadinya  Sebagai contoh, setiap penambahan 2 jam perjalanan dapat meningkatkan risiko trombosis vena sekitar 18%.1

Beberapa faktor yang berkontribusi pada risiko trombosis vena ini disebut sebagai "sindrom kelas ekonomi," yang terkait dengan kondisi dalam pesawat, seperti kurangnya gerakan, rendahnya oksigen, dan kelembapan rendah. Faktor-faktor pada penumpang, seperti obesitas, penggunaan kontrasepsi oral, atau riwayat kanker, juga dapat meningkatkan risiko.

Mekanisme Terjadinya Trombosis Vena di Udara

Ada beberapa faktor yang dapat menjelaskan mengapa penerbangan jarak jauh meningkatkan risiko trombosis vena. Sejumlah faktor yang terkait dengan pesawat atau penumpang telah dipilih sebagai pemicu DVT. Faktor-faktor yang terkait dengan pesawat meliputi1:

1.    Hipoksia hipobarik

Biasanya di permukaan laut, kita berada di bawah tekanan udara normal sekitar 760 mmHg, yang setara dengan tekanan oksigen sekitar 159 mmHg. Pada kondisi ini, saturasi oksigen dalam tubuh orang yang sehat adalah sekitar 95%. Tapi, ketika kita berada di dalam pesawat, terutama pada ketinggian penerbangan, tekanan udaranya lebih rendah, sekitar 570 mmHg, dan tekanan oksigen menjadi sekitar 125 mmHg. Ini menyebabkan saturasi oksigen turun menjadi sekitar 90%-93%. Orang yang lebih tua atau memiliki masalah paru-paru dan/atau jantung bahkan bisa mengalami penurunan saturasi oksigen hingga 80%.

Nah, hipoksia ini di dalam pesawat dapat menyebabkan penurunan aktivitas fibrinolitik (proses pembubuhan bekuan darah) dan pelepasan faktor relaksasi vena, yang sebenarnya membantu dalam menjaga keseimbangan darah. Ini semua dapat meningkatkan risiko pembentukan bekuan darah seperti DVT.

2.    Kelembaban rendah

Kelembapan di dalam pesawat biasanya hanya sekitar 10%, sedangkan di permukaan laut bisa mencapai 30%-40%. Rendahnya kelembapan ini ternyata bisa terkait dengan peningkatan kepekatan dalam darah dan urin, yang dapat mendukung terjadinya Trombosis Vena Dalam (DVT).

Sebuah  penelitian menunjukkan bahwa osmolaritas plasma dan urin (kandungan zat dalam darah dan urin) meningkat setelah 8 jam perjalanan dengan pesawat pada ketinggian 8.000 kaki. Hal ini dapat mengakibatkan hemokonsentrasi, yaitu peningkatan konsentrasi zat dalam darah, yang kemudian dapat meningkatkan risiko terjadinya DVT.

Faktor utama yang berhubungan dengan penumpang adalah1:

1.    Imobilisasi

Kurangnya gerakan dalam posisi duduk selama penerbangan mengakibatkan hemostasis pada tungkai bawah, yang merupakan predisposisi seseorang untuk mengalami DVT. Evaluasi biomarker koagulasi menunjukkan bahwa terdapat peningkatan produksi trombin selama penerbangan yang berlangsung lebih dari 8 jam; namun, hal ini tidak terjadi pada situasi lain di mana subjek tidak bergerak dalam posisi duduk. Hal ini menunjukkan bahwa ada mekanisme tambahan yang mengakibatkan hiperkoagulabilitas selama penerbangan.

2.    Indeks massa tubuh (BMI)

Pada individu yang mengalami obesitas (BMI>30 kg/m2), terjadi penurunan aliran darah pada tungkai bawah, yang mendukung hemostasis sehingga meningkatkan risiko DVT selama perjalanan udara

3.    Trombofilia

Adanya trombofilia genetik merupakan faktor risiko independen untuk DVT. Studi menunjukkan bahwa risiko DVT 6,6 kali lebih tinggi pada pasien dengan trombofilia dibandingkan dengan pasien yang tidak memiliki mutasi ini. Pada pasien dengan trombofilia, risiko DVT adalah 16,8 kali lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang tidak mengalami trombofilia dan perjalanan udara, yang menunjukkan adanya interaksi sinergis yang mengakibatkan peningkatan risiko trombotik.

4.    Kontrasepsi oral dan terapi penggantian hormon

Penggunaan kontrasepsi oral meningkatkan risiko DVT sekitar empat kali lipat pada populasi umum. Demikian pula, terapi pengganti hormon merupakan faktor risiko DVT.

5.    Kanker

Telah diketahui bahwa pasien dengan kanker memiliki peningkatan risiko terkena DVT sepanjang sejarah penyakit, terutama dalam 3 bulan pertama setelah diagnosis awal. Studi menunjukkan keberadaan penyakit ganas dikaitkan dengan peningkatan risiko tromboemboli sebesar 18 kali lipat selama penerbangan.

6.    Faktor-faktor lain

Meskipun diakui bahwa faktor-faktor seperti diabetes dan merokok dikaitkan dengan keadaan hiperkoagulasi (penggumpalan berlebihan), namun terdapat kekurangan penelitian mengenai hubungan antara kondisi ini dan kejadian DVT selama penerbangan.

Pencegahan Trombosis Vena selama Penerbangan Jarak Jauh

1.    Bergerak dan Merenggangkan Tubuh

Pada penerbangan jarak jauh, penting untuk secara teratur berdiri, berjalan-jalan di lorong pesawat, dan melakukan gerakan peregangan untuk meningkatkan sirkulasi darah. Ini membantu mencegah stagnasi darah di kaki dan panggul.

2.    Minum Cukup Air

Menjaga tubuh tetap terhidrasi adalah kunci untuk menghindari dehidrasi, yang dapat meningkatkan risiko pembentukan gumpalan darah. Konsumsi cukup air selama penerbangan sangat dianjurkan.

3.    Mengenakan Pakaian Kompresi:

Pakaian khusus kompresi dapat membantu meningkatkan sirkulasi darah, mengurangi tekanan pada pembuluh darah, dan mengurangi risiko trombosis vena.

4.    Menghindari Konsumsi Alkohol dan Kafein Berlebihan

Alkohol dan kafein dapat menyebabkan dehidrasi, yang dapat memperburuk risiko trombosis vena. Disarankan untuk mengurangi konsumsi kedua zat tersebut selama penerbangan.

5.    Berkonsultasi dengan Dokter

Individu dengan riwayat trombosis vena atau faktor risiko kesehatan lainnya sebaiknya berkonsultasi dengan dokter sebelum melakukan penerbangan jarak jauh. Dokter dapat memberikan saran khusus dan, jika diperlukan, meresepkan tindakan pencegahan tambahan.

Penerbangan jarak jauh, sementara memberikan kenyamanan dan konektivitas global, juga dapat meningkatkan risiko trombosis vena. Penting bagi penumpang untuk mengambil langkah-langkah pencegahan sederhana selama penerbangan, seperti bergerak secara teratur dan minum air, untuk menjaga sirkulasi darah dan mengurangi kemungkinan pembentukan gumpalan darah. Kesadaran dan edukasi mengenai risiko ini dapat membantu masyarakat menikmati penerbangan jarak jauh dengan lebih aman dan nyaman.

 

Referensi :

?abano?lu C. (2021). The secret enemy during a flight: Economy class syndrome. Anatolian journal of cardiology25(Suppl 1), 13–17. https://doi.org/10.5152/AnatolJCardiol.2021.S106

Waheed SM, Kudaravalli P, Hotwagner DT. Deep Vein Thrombosis. [Updated 2023 Jan 19]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507708/

Sumber gambar: https://www.freepik.com/free-photo/airplane-flying-cloudy-sky_5869139.htm#fromView=search&page=1&position=4&uuid=87990bb2-876f-4b36-918b-5f0a05229fc7