Rabu, 14 Desember 2022 11:51 WIB

Risiko Kedaruratan Nuklir Ada Walaupun Sedikit

Responsive image
IKJ - Sekretariat Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
339

BANDUNG – Tim Kerja Pelayanan Kesehatan Rujukan Lainnya Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan menyelenggarakan Kegiatan Peningkatan Kapasitas SDM di RS Rujukan Bencana Nuklir terkait Penanganan Lepasan Radio Aktif akibat bencana nuklir. Kegiatan yang diselenggarakan selama tiga hari di Bandung ini dihadiri oleh peserta dari RS Rujukan Nasional Bencana Nuklir, yaitu  RSUP Fatmawati Jakarta, RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung; dan RSUP dr. Sardjito Yogyakarta. Dan menghadirkan Narasumber dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN), Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) serta Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Plt. Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan, dr. Yanti Herman, SH, M.HKes dalam sambutannya memaparkan bahwa Indonesia memiliki 3 (tiga) reaktor riset nuklir yang terletak di Kawasan Nuklir Serpong, Kawasan Nuklir Bandung dan Kawasan Nuklir Yogyakarta. Pemanfaatan teknologi nuklir memiliki risiko walaupun sedikit, sehingga diperlukan suatu mekanisme sistem penanggulangan bencana pada kondisi kedaruratan nuklir yang melibatkan koordinasi lintas sektor. Kementerian Kesehatan memiliki peran dalam penyiapan fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat menjadi rujukan pada kasus kedaruratan bencana nuklir nasional.

“Kementerian Kesehatan mempunyai komitmen tinggi untuk memepersiapkan RS Rujukan Bencana Nuklir Nasional. Oleh karena itu dalam rangka pembinaan dan pengawasan terhadap kesiapan RS Rujukan Bencana Nuklir Nasional, perlu dilakukan peningkatan kapasitas SDM di RS Rujukan Bencana Nuklir Nasional, sebagai salah satu upaya kesiapsiagaan dalam penanggulangan kedaruratan bencana nuklir” ujar dr. Yanti.

 

Dalam kesempatan yang sama Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia Dante Saksono Harbuwono menjelaskan bahwa Tidak semua tenaga kesehatan paham tentang potensi bahaya radiasi dan cara penanganannya. Karenanya diperlukan pengetahuan dan ketrampilan untuk mengambil tindakan perlindungan diri, perlindungan yang sifatnya segera, baik untuk keselamatan dan kesehatan petugas, masyarakat, dan lingkungan.

“Dengan adanya kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas kesiapsiagaan, mengatasi kesenjangan kerjasama dan memperkuat  keterpaduan operasi (interoperability) antar pemangku kepentingan guna membangun ketangguhan dalam menghadapi bencana kegagalan teknologi, khususnya kedaruratan nuklir/radiologic” harap wamen.