Rabu, 02 November 2022 09:35 WIB

Kemenkes dan UNICEF Perkuat Kapasitas Tenaga RS Guna Tekan Kematian Anak

Responsive image
Staf - Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan
1632

SURABAYA - Sebagai upaya menekan angka kematian anak di Indonesia, lebih dari 50 dokter spesialis anak, dokter umum serta perawat unit gawat darurat dan unit rawat intensif anak berpartisipasi dalam lokakarya penguatan penanganan kegawatdaruratan anak di Surabaya tanggal 30 Oktober - 1 November 2022.

Kegiatan ini adalah salah satu dari serial lokakarya untuk tiga wilayah di Indonesia yang diselenggarakan oleh Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan Kementerian Kesehatan, bekerjasama dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan Persatuan Perawat Nasional Indonesia, dan didukung oleh UNICEF Indonesia. Lokakarya bertujuan untuk meningkatkan kapasitas tenaga rumah sakit rujukan dalam menangani anak dengan kondisi kritis.

Setiap tahunnya, puluhan ribu bayi baru lahir di Indonesia meninggal akibat penyakit atau kondisi yang dapat dicegah, menurut estimasi dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 dan 2017. Penanganan optimal pada jam pertama di masa kritis ini dapat menurunkan angka kematian anak yang masih cukup tinggi di Indonesia. Angka kematian bayi dan balita perlu ditekan dari 15 menjadi 12 bayi baru lahir dan 32 menjadi 25 balita per 1.000 kelahiran untuk mencapai target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) pada 2030.

Dalam upaya pencapaian target tersebut, lokakarya penanganan kegawatdaruratan anak ini melibatkan partisipasi aktif 52 tenaga kesehatan dari 15 rumah sakit rujukan di 11 provinsi: Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur, serta seluruh provinsi di Kalimantan. Perwakilan IDAI Malang, Medan, Surabaya dan Papua, serta Ikatan Perawat Nasional Indonesia (IPANI) juga turut berpartisipasi sebagai narasumber dalam lokakarya ini.

“Dokter spesialis anak merupakan satu-satunya dokter spesialis yang harus ada di [semua] rumah sakit untuk menunjang program nasional, yaitu menurunkan angka kematian bayi dan anak, dan mereka harus didukung dengan kompetensi yang mumpuni,” ujar Plt. Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan Kementerian Kesehatan, Yanti Herman, dalam pembukaan lokakarya Penguatan  Penanganan Kegawatdaruratan Anak di Surabaya, pada hari Minggu tanggal 30 Oktober 2022.

Berbagai narasumber ahli yang meliputi dokter spesialis anak konsultan serta IPANI terlibat aktif dalam lokakarya ini. Selama tiga hari, peserta dibekali pengetahuan dan informasi untuk meningkatkan kapasitas mereka dalam pengenalan anak sakit kritis, bantuan hidup dasar dan bantuan hidup lanjut, tatalaksana kegawatdaruratan pada bayi dan anak, termasuk pemantauan kondisi aliran darah, obat-obatan emergensi, hingga resusitasi jantung paru pada bayi dan anak. Peserta juga dapat langsung mempraktikkannya melalui serangkaian simulasi dalam lokakarya.

Tak hanya teknis medis, kapasitas managerial peserta juga ditingkatkan untuk memastikan rumah sakit memiliki dan menerapkan prosedur operasional standar dalam menangani kegawatan anak. Hal ini meliputi adanya tim khusus hingga sistem rujukan, transfer dan alur pelayanan yang komprehensif bagi anak dengan kondisi kritis.

Guna menjangkau dokter dan perawat di seluruh Indonesia, lokakarya ini diadakan dalam tiga rangkaian. Lokakarya di Surabaya merupakan seri kedua yang merupakan kelanjutan seri pertama pada pertengahan bulan Oktober di Tangerang dan diikuti dengan seri ketiga yang rencananya akan diadakan di Makassar pada tanggal 9 November 2022.

“Dengan adanya pelatihan hari ini diharapkan bisa memperkuat ilmu dan kemampuan dokter spesialis anak. Mudah-mudahan ini bisa jadi langkah awal yang bisa di-’kloning’ ke daerah lain dan secara nasional,” harap Ketua Umum IDAI Piprim Basrah Yanuarso.

 

Kredit foto: UNICEF/2022/Wilander