Rabu, 16 Agustus 2023 16:57 WIB

Kota Bogor Akan Menjadi Contoh Model Layanan Kesehatan Jiwa Berbasis Komunitas

Responsive image
Humas - RS Jiwa dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor
243

Bogor (18/08) – Menteri Kesehatan (Menkes) Budi G. Sadikin menginginkan Kota Bogor menjadi contoh permodelan layanan kesehatan jiwa berbasis komunitas. Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Utama Pusat Kesehatan Jiwa Nasional RSJ dr. H. Marzoeki Mahdi (PKJN RSJMM) Bogor Dr. dr. Nova Riyanti Yusuf, Sp.KJ pada saat mendampingi delegasi WHO di Bogor.

Sebelum melaksanakan hal tersebut, terlebih dahulu dilakukan observasi di lapangan mengenai kesiapan layanan kesehatan jiwa yang tersedia di tingkat komunitas. Puskesmas Sindang Barang menjadi lokasi pertama yang dikunjungi dalam kegiatan observasi yang diikuti oleh delegasi WHO Regional Asia Tenggara Dr. Andrea Bruni serta Dr. Lubna Bhatti dari WHO Indonesia.

Dalam sambutannya, Dr. Nova menyampaikan bahwa PKJN RSJMM tidak hanya bertugas melakukan pengampuan terhadap rumah sakit jiwa, tetapi juga sampai ke level puskesmas dan komunitas.

“RSJMM ditunjuk sebagai Pusat Kesehatan Jiwa Nasional itu pada tahun 2022, dengan ditunjuk sebagai PKJN, kami juga memiliki tugas sebagai koordinator pengampuan. Pengampuannya itu tidak hanya stratifikasi rumah sakit jiwa, tetapi juga harus memberikan pengampuan juga kepada puskesmas sampai desa siaga sehat jiwa. Itu sudah ada Kepmenkesnya, tapi ada satu khusus keinginan beliau (Menkes) menjadikan Bogor ini untuk piloting sistem pelayanan kesehatan jiwa komunitas. Kebetulan (delegasi) dari WHO-nya datang kesini, ahlinya datang kesini, sehingga kami ingin melihat apa yang sudah ada,” ujar Dr. Nova.

Pengampuan yang dilakukan PKJN RSJMM berfokus pada aspek layanan, SDM, alat kesehatan, serta sarana dan prasarana. Selama ini, tidak dipungkiri bahwa masih ada aspek yang masih perlu dikembangkan di puskesmas, misalnya obat-obatan dan pelatihan bagi SDM yang masih terbatas.

“Dalam menangani pasien, puskesmas dapat mendiagnosis pasien, dan akan merujuk pasien ke rumah sakit, dengan alasan pengobatan di puskesmas sangat terbatas. Walaupun dokter di puskesmas sudah menjalani pelatihan, tetapi pelatihannya masih kurang dan tidak memadai, pada akhirnya pasien pun dirujuk ke rumah sakit. Oleh sebab itu, diperlukan standardisasi, dan itu merupakan program pengampuan. Untuk standarisasi dalam segi promosi dan pencegahan, yang idealnya harus ada skrining di Puskesmas,” tambah Dr. Nova.

Lebih jauh, Dr. Nova mengatakan bahwa perlu adanya optimalisasi pada layanan kesehatan jiwa di kalangan remaja. Puskesmas harus melatih siswa-siswi (remaja) di sekolah, untuk dapat membantu temannya yang memiliki masalah kesehatan jiwa di sekolah, dengan sebutan Konselor Sebaya.

“Di Puskesmas Sindang Barang ada Layanan PKPR (Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja), salah satunya sebagai upaya untuk mengatasi masalah kesehatan jiwa remaja, dan cara melatih siswa-siswi ini dengan dilakukannya pelatihan ke sekolah-sekolah, dan dalam tiap sekolah akan ada siswa yang berperan aktif menjadi konselor kesehatan jiwa, dan berjejaring antarsekolah. Jadi, ketika mereka menemui temannya yang sedang bermasalah dengan kesehatan jiwanyanya, maka mereka akan menghubungi puskesmas,” imbuhnya.

Adapun untuk remaja yang tidak bersekolah atau tidak memiliki pendidikan formal, Puskesmas Sindang Barang pun tetap dapat memfasilitasi melalui adanya Posyandu Remaja, dengan memberikan pelatihan-pelatihan pada remaja yang tidak memiliki pendidikan formal.

Setelah mengunjungi Puskesmas Sindang Barang dan Kantor Kelurahan Sindang Barang, Dr. Nova mengajak delegasi WHO untuk mengunjungi Sentra Terpadu Inten Suweno (STIS) yang merupakan balai rehabilitasi sosial bagi penyandang disabilitas milik Kementerian Sosial. Selain menyediakan fasilitas rehabilitasi sosial, STIS juga memiliki fasilitas daily living bagi penerima manfaat yang dibarengi dengan pelatihan vokasional.

Psikiater yang juga akrab disapa Noriyu itu mengapresiasi fasilitas yang dimiliki STIS, dan berharap hal ini menjadi modal penting untuk menyukseskan model sistem layanan kesehatan jiwa dengan Bogor sebagai percontohannya.

“Ada 31 (balai) di seluruh Indonesia yang semacam ini, dan  ini bagus sekali. Kita akan menghadap Bapak Menkes hari Rabu (16/8/2023). Untuk menyampaikan laporan tersebut, kita juga tidak hanya dengan WHO, tapi besok juga akan datang dari Harvard Medical School, Prof. Byron Good. Sehingga kita akan menggunakan technical assistance dari WHO, dan juga akan meng-incooperate action research yang sudah dilakukan oleh Prof. Byron Good dan kawan-kawan,” pungkasnya.