Jumat, 29 Juli 2022 16:31 WIB

Kista Bartolini

Responsive image
21382
Tim Promkes RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Kelenjar Bartholin adalah kelenjar yang terletak di kedua sisi bibir vagina. Kelenjar ini berukuran kecil, sehingga tidak mudah terdeteksi oleh tangan maupun mata. Kelenjar ini berfungsi mengeluarkan cairan yang berperan sebagai pelumas saat berhubungan seksual. Terkadang bukaan kelenjar ini menjadi terhambat, menyebabkan cairan kembali ke kelenjar. Hasilnya adalah pembengkakan yang relatif tidak menimbulkan rasa sakit yang disebut kista Bartholin. Kista bartholin adalah kista tumor berisi cairan yang berasal dari kelenjar bartholin yang ada di bibir vagina bawah atau labia. Kista ini muncul biasanya karena ada infeksi, maka kelenjar tersebut yang seharusnya mengeluarkan cairan jadi tersumbat, sehingga produksi cairannya tertahan tidak keluar dan membentuk apa yang disebut dengan kista.

Jika cairan di dalam kista terinfeksi, wanita dapat mengembangkan kumpulan nanah yang dikelilingi oleh jaringan yang meradang (abses). Kista atau abses Bartholin relatif sering terjadi. Pengobatan kista Bartholin tergantung pada ukuran kista, seberapa menyakitkan kista, dan infeksi kista.

Penyebab Kista Bartholin

Kista Bartholin disebabkan oleh tersumbatnya saluran kelenjar Bartholin. Saat saluran tersumbat, cairan akan tertampung di dalam saluran atau kembali masuk ke dalam kelenjar. Lama-kelamaan, hal itu akan menyebabkan saluran atau kelenjar membengkak dan membentuk kista.

Belum diketahui secara pasti penyebab tersumbatnya saluran kelenjar Bartholin. Namun, luka, cedera, iritasi yang berulang, dan menjalani operasi, pada vagina bisa meningkatkan risiko tersumbatnya kelenjar Bartholin.

Pada beberapa kasus, kista Bartholin juga dikaitkan dengan infeksi menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae atau Chlamydia trachomatis. Selain itu, infeksi Escherichia coli juga sering dikaitkan dengan munculnya kista Bartholin.  

Kista Bartholin dapat timbul pada semua usia. Namun, kondisi ini lebih sering terjadi pada wanita berusia antara 20-30 tahun yang aktif secara seksual. Kista jarang terjadi pada wanita yang telah menopause karena kelenjar Bartholin telah menyusut.

Gejala Kista Bartholin

Kista Bartholin jarang menimbulkan gejala. Gejala baru akan muncul jika ukuran kista telah cukup besar. Namun, secara umum, sumbatan pada kelenjar Bartholin dapat menimbulkan gejala berupa :

·       Benjolan kecil yang tidak terasa sakit pada salah satu sisi bibir vagina.

·       Kemerahan dan bengkak di sekitar sisi bibir vagina.

·       Rasa tidak nyaman ketika berjalan, duduk, atau berhubungan seksual.

Jika kista mengalami infeksi dan berkembang menjadi abses, akan muncul beberapa gejala lainnya, yaitu :

·       Benjolan terasa nyeri dan lunak.

·       Vagina terlihat membengkak.

·       Keluar nanah benjolan.

·       Demam

Pemeriksaan Kista Bartholin

Pada tahap awal, dokter akan melakukan tanya jawab mengenai keluhan dan riwayat kesehatan pasien. Setelah itu, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, terutama di daerah panggul dan vagina untuk melihat kista secara langsung. Umumnya, kista hanya terjadi pada satu sisi vagina, sementara sisi lainnya tetap berukuran normal.

Jika diperlukan, dokter juga akan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang berikut ini :

·       Kultur swab cairan dari kista atau leher rahim (serviks), untuk mengetahui apakah ada infeksi menular seksual.

·       Pengambilan sampel jaringan (biopsi) kelenjar Bartholin, untuk mendeteksi sel-sel abnormal termasuk se kanker.

Pencegahan Kista Bartholin

Karena penyebabnya belum diketahui secara pasti, kista Bartholin sulit untuk dicegah. Namun, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko terjadinya abses atau infeksi pada kista, yaitu :

·       Jaga kebersihan area sekitar organ intim, dan biasakan untuk membersihkan organ intim dengan arah depan ke belakang.

·       Hindari aktivitas yang bisa menyebabkan area di sekitar vagina cedera.

·       Gunakan kondom saat berhubungan intim untuk mencegah infeksi menular seksual.

 

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

 

Referensi               :

1.      Tjokorde Istri Nindya Vaniary. 2017. Study Retrospektif, Kista dan Abses Bartolini. Jurnal Kesehatan Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya.

2.      Díaz De La Noval, B., García Fernández, I., & Álvarez Fernández, B. 2019. Bulky Bartholin's Gland Cyst : Case Report of An Incidental Finding. Case Reports In Women's Health, 22, ISSN:3104-9296. 

3.      Lee, et al. 2015. Clinical Pathology of Bartholin's Glands : a Review of The Literature. Current Urology, 8(1), Pp. 22-25. 

4.      Omole, F., Simmons, B.J., & Hacker, Y. 2003. Management of Bartholin’s Duct and Gland Abscess. American Family Physician. 68(1), Pp. 135-140. 

5.      NHS UK. 2020. North Bristol NHS Trust. Bartholin’s Cyst / Abscess. 
NHS UK (2019). Oxford Unive (Rsity Hospitals NHS Foundation Trust. Bartholin’s Cyst or Abscess

6.      Braun, R.D. Emedicinehealth. 2019. Women’s Health Center. Bartholin’s Cyst

7.      American Academy of Family Physicians. 2019. Familydoctor. Bartholin’s Gland Cyst. 

8.      Kilpatrick, C.C. MSD Manual. 2019. Professional Version. Bartholin Gland Cysts.

9.      Ajiboye, T. Verywellhealth. 2020. Sexual Health. an Overview of Bartholin’s Cyst.