Kamis, 18 April 2024 15:26 WIB

Mari Mengenal Keputihan pada Wanita

Responsive image
374
Promosi Kesehatan Tim Kerja Hukum dan Humas RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan, dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi-fungsinya serta proses-prosesnya. Khusus pada wanita, alat reproduksi tidak hanya berfungsi untuk bereproduksi atau hamil saja, melainkan juga berfungsi dalam proses menstruasi dan seksual. Masalah kesehatan reproduksi yang sering timbul yaitu terkait dengan terganggunya sistem, fungsi dan proses alat reproduksi yang dapat mempengaruhi keharmonisan hubungan suami-istri bahkan dapat mengganggu kelancaran proses kehamilan dan persalinan. Salah satu masalah kesehatan reproduksi yang disebabkan oleh lingkungan yang sanitasinya kurang baikyaitu keputihan. Keputihan adalah keluarnya cairan dari vagina selain darah haid. Keputihan ialah istilah keluarnya cairan dari alat kealamin perempuan yang bukan darah. Secara epidemiologi, fluor albus patologis dapat menyerang perempuan mulai dari usia muda, usia reproduksi sehat maupun usia tua dan tidak mengenal strata pendidikan, ekonomi dan sosial budaya. Banyaknya wanita yang mengalami keputihan ini disebabkan karena beberapa hal salah satunya adalah kurangnya menjaga kebersihan organ reproduksi.  Selain itu, Keputihan dapat dialami oleh wanita Indonesia akibat Indonesia memiliki iklim tropis, sehingga pertumbuhan dan perkembangan jamur, virus dan bakteri mudah di area lembab yang mengakibatkan banyaknya keputihan. Kehidupan seorang wanita dapat terganggu akibat keputihan yang dibiarkan atau tidak diobati. Keputihan yang tidak diobati dapat menyebabkan Penyakit Menular Seksual (PMS), seperti salpingitis, radang panggul, dan endometritis yang menyebabkan ketidaksuburan.

Jenis Keputihan

Keputihan dibagi menjadi 2 (dua) macam, yakni keputihan fisiologis (keputihan normal) yaitu keputihan yang berwarna putih atau bening, tidak berbau dan tidak menimbulkan rasa gatal pada vagina dan keputihan patologis (keputihan akibat infeksi yang biasanya berwarna kuning atau hijau, berbau amis/bau busuk dan menimbulkan rasa gatal). Keputihan dapat menyerang semua wanita tanpa mengenal usia, mulai dari bayi hingga menopause. Organ yang berperan penting terhadap keputihan, yakni leher rahim (cervix) dan vagina. Vagina yang normal berada dalam kondisi lembab dan permukaannya senantiasa basah oleh lendir atau cairan yang disebut dengan sekret. Sekret diproduksi oleh kelenjar pada leher rahim (cervix), dinding vagina, dan kelenjar Bartholinidi bibir kemaluan yang berperan penting dalam menjamin fungsi yang optimal dari organ reproduksi. Sekret yang keluar dikatakan normal apabila tidak berwarna, tidak berbau, tidak menimbulkan nyeri dan tidak gatal, sedangkan jika sekret berbau, berwarna, menimbulkan nyeri dan gatal maka keputihan tersebut adalah keputihan yang patologis.

Faktor Keputihan

Keputihan yang normal dapat berubah menjadi keputihan yang patologis jika kebersihan daerah intim tidak dijaga dengan baik. Beberapa faktor yang sering menyebabkan keputihan yang patologis antara lain bakteri, virus, jamur, dan parasit. Selain itu, kebersihan daerah intim sangat dipengaruhi oleh air yang digunakan untuk membersihkan organ reproduksi. Air yang sudah tercemar mengandung bakteri maupun parasit dapat menyebabkan organ reproduksi mengalami gangguan seperti radang panggul.

Bahaya Keputihan

Keputihan yang terlalu lama dan dibiarkan dapat menyebabkan komplikasi. Komplikasi bisa terjadi karena bakteri yang ada di vagina dapat masuk ke rongga rahim kemudian ke saluran indung telur dan sampai ke indung telur dan akhirnya ke dalam rongga panggul. Tidak jarang wanita yang menderita keputihan yang kronis (bertahun-tahun) bisa menjadi mandul bahkan bisa berakibat kematian.

Penanganan Keputihan

Keputihan yang sering dialami membuat para wanita melakukan berbagai upaya untuk mengurangi keputihan, baik secara farmakologis maupun non-farmakologis.

1.   Penanganan secara farmakologis

Para wanita cenderung mengurangi keputihan secara farmakologis karena perubahan dapat cepat dirasakan, mudah didapat, dan harganya terjangkau. Cara pengobatan secara farmakologis yang sering digunakan yaitu Tetrasiklin, Penisilin, Thiamfenikol, Doksisiklin, Eritromisin adalah obat yang sering dikonsumsi untuk membunuh kuman penyebab keputihan. Biasanya para wanita mengkonsumsi obat-obatan ini jika mereka telah memeriksakan masalah keputihannya ke pelayanan kesehatan karena keputihan yang dialami sudah tidak bisa diatasi dengan obat-obatan yang dijual bebas. Cara mengurangi keputihan yang sering digunakan yaitu penggunaan sabun antiseptik namun metode farmakologi ini selain membunuh bakteri atau jamur yang ada di vagina, juga dapat membunuh flora normal yang ada di dalam vagina, sedangkan flora normal berfungsi untuk menjaga kestabilan pH (keasaman : 3,5 - 4,5) vagina. Ketidakstabilan pH vagina ini mengakibatkan vagina mudah terinfeksi oleh jamur dan kuman-kuman lain, yang akhirnya menyebabkan keputihan, berbau, gatal, dan menimbulkan rasa yang tidak nyaman.

2.    Penanganan secara non-farmakologis

Melihat fenomena ini, pengobatan non-farmakologis merupakan pilihan yang dapat dilakukan untuk mengatasi keputihan. Salah satu terapi non-farmakologis yang dapat diberikan pada wanita yang mengalami keputihan yaitu membasuh organ intim dengan cairan antiseptik. Contohnya menggunakan rebusan daun sirih untuk membersihkan organ intim setelah BAB, BAK, dan setelah bersenggama.

 

Referensi         :

Sari, N. H., Misrawati, M., & Woferst, R. 2011. Efek Rebusan Daun Sirih untuk Mengurangi Keputihan Pada Wanita. Jurnal Ners Indonesia, 2(1), 79-89.

Viralestari, I. A., Adhiestiani, N. M. E., & Karuniadi, I. G. A. M. 2024. Hubungan Penggunaan Pantyliner dengan Kejadian Keputihan pada Wanita Usia Subur. Jurnal Penelitian Perawat Profesional, 6(5), 1905-1918.

Puspitaningrum, D., Rahmayani, A. A., & Latifah, H. 2022. Peningkatan Pengetahuan dengan Pendidikan Kesehatan tentang Keputihan (Leukorrhea) pada Wanita Usia Subur di Kelurahan Sendangguwo Semarang. Jurnal Salingka Abdimas, 2(1), 107-110.

Purnamasari, I. A., & Hidayanti, A. N. 2019. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Keputihan pada Wanita Usia Subur (WUS) di Kecamatan Banjarejo Kota Madiun. The Shine Cahaya Dunia S-1 Keperawatan, 4(1).