Kamis, 18 April 2024 08:45 WIB

Telur Jadi Pilihan Ekonomis Cegah Stunting

Responsive image
153
Sri Hasanah, SP, RD - RS Jiwa dr.H.Marzoeki Mahdi Bogor

Program nasional pemerintah untuk pencegahan stunting yang telah bergulir beberapa tahun terakhir ini. Sedang gencar gencarnya mencanangkan pemberian makanan sumber protein hewani menjadi pilihan untuk memberantas stunting, hal ini dikarenakan protein hewani lebih baik secara kualitas yang dapat di metabolisme oleh tubuh guna mempercepat mengatasi kekurangan gizi. Makanan sumber protein hewani diantaranya daging ayam, daging sapi, ikan, telur dan lain sebagainya. Pembahasan kali ini kita akan membahas tentang telur ayam, telur ayam  merupakan salah satu sumber protein berkualitas tinggi

Telur merupakan salah satu sumber protein hewani yang mempunyai kualitas yang baik dan juga ramah dikantong dibandingkan dengan sumber protein hewani lainnya. Telur merupakan jenis makanan yang bisa diakses oleh berbagai pihak, dari yang ekonomi menengah keatas atau pun ekonomi menengah ke bawah. Sehingga telur merupakan pilihan yang ekonomis dalam pemenuhan kebutuhan gizi untuk pencegahan stunting.

Akan tetapi perlu dicatat bahwa telur biasanya tidak disarankan sebagai makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi di bawah usia 1 tahun. Ini karena risiko alergi pada telur dan kemampuan pencernaan bayi yang belum matang. Sebelum memberikan telur kepada bayi sebagai bagian dari MP-ASI, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi anak.

Namun, setelah bayi mencapai usia yang sesuai dan diperkenalkan pada MP-ASI, telur bisa menjadi sumber nutrisi yang baik. Telur mengandung banyak nutrisi penting, termasuk protein berkualitas tinggi, vitamin B12, vitamin D, zat besi, dan selenium. Protein dalam telur membantu dalam pertumbuhan dan perkembangan bayi.

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam "The American Journal of Clinical Nutrition" pada tahun 2002 menyatakan bahwa telur adalah sumber protein hewani yang baik dan dapat menjadi komponen penting dari pola makan yang seimbang untuk anak-anak.

Namun, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, pengenalan telur pada bayi harus dilakukan dengan hati-hati dan sebaiknya diawasi oleh dokter atau ahli gizi. Pengenalan makanan baru harus dilakukan secara bertahap untuk mengidentifikasi adanya reaksi alergi. Selain itu, pastikan telur dimasak dengan benar untuk menghindari risiko infeksi makanan.

Untuk anak usia 1 tahun ke atas, telur dapat menjadi sumber nutrisi yang penting. Telur kaya akan berbagai nutrisi esensial seperti protein, lemak sehat, vitamin, dan mineral. Berikut adalah beberapa fungsi telur untuk anak usia 1 tahun ke atas, disertai dengan beberapa literatur yang mendukung informasi tersebut:

1.      Sumber Protein Berkualitas Tinggi:

Telur mengandung protein berkualitas tinggi dengan semua asam amino esensial yang dibutuhkan tubuh. Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan otot, tulang, dan jaringan tubuh lainnya.

2.      Vitamin D:

Telur merupakan salah satu sumber alami vitamin D, yang penting untuk kesehatan tulang dan pertumbuhan anak-anak.

3.      Zat Besi:

Telur mengandung zat besi, yang berperan penting dalam pembentukan sel darah merah dan mencegah anemia.

4.      Vitamin B12:

Telur adalah sumber vitamin B12, yang penting untuk fungsi sistem saraf dan pembentukan sel darah merah.

Telur mengandung kolin, yang merupakan nutrisi penting untuk perkembangan otak dan fungsi kognitif.

Meskipun telur memiliki manfaat gizi yang signifikan, penting untuk memperkenalkan makanan baru secara bertahap dan memperhatikan potensi alergi. Jika anak memiliki riwayat alergi makanan, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter sebelum memperkenalkan telur ke dalam diet mereka.

 

Referensi:

Micha, R., Wallace, S. K., & Mozaffarian, D. (2010). Red and processed meat consumption and risk of incident coronary heart disease, stroke, and diabetes mellitus: a systematic review and meta-analysis. Circulation, 121(21), 2271-2283.

Herron, K. L., & Fernandez, M. L. (2004). Are the current dietary guidelines regarding egg consumption appropriate? Journal of Nutrition, 134(1), 187-190.

American Academy of Pediatrics. (2019). AAP Updates Recommendations on Eggs, Peanuts, Other Early Foods. [https://www.aap.org/en-us/about-the-aap/aap-press-room/Pages/AAP-Updates-Recommendations-on-Eggs-Peanuts-Other-Early-Foods.aspx]

Tang, W. H., & Kitai, T. (2017). Hazen, M. J. D. Egg, atherosclerosis, and cardiovascular disease prevention. Journal of the American College of Nutrition, 36(4), 261–274.

Armas, L. A. G., Hollis, B. W., & Heaney, R. P. (2004). Vitamin D2 Is Much Less Effective than Vitamin D3 in Humans. The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism, 89(11), 5387–5391.

Hurrell, R., Egli, I., & others. (2010). Iron bioavailability and dietary reference values. The American Journal of Clinical Nutrition, 91(5), 1461S–1467S.

Hurrell, R., Egli, I., & others. (2010). Iron bioavailability and dietary reference values. The American Journal of Clinical Nutrition, 91(5), 1461S–1467S.

O’Leary, F., & Samman, S. (2010). Vitamin B12 in Health and Disease. Nutrients, 2(3), 299–316.

Kolin:

Zeisel, S. H., & daCosta, K. A. (2009). Choline: An essential nutrient for public health. Nutrition Reviews, 67(11), 615–623.