Jumat, 05 April 2024 10:07 WIB

Pola Pengasuhan/ Parenting Orangtua kepada Anak

Responsive image
228
Promosi Kesehatan Tim Kerja Hukum dan Humas RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Pengasuhan merupakan sebuah tindakan, peran, dan komunikasi yang dilaksanakan oleh kalangan orang dewasa untuk membangun pertumbuhan dan perkembangan anak. Dalam konteks ini, keluarga, orang tua, masyarakat, sekolah, dan pemerintah adalah orang dewasa karena mereka semua mempunyai kepentingan dalam mengambil kebijakan terhadap anak. Akan tetapi, orang tua adalah proses pengasuhan yang paling utama dan pertama, karena posisi mereka terdekat dengan anak terutama bagi anak yang usia dini. Oleh karena itu, sudah seharusnya orang tua muncul dalam pengasuhan anaknya sebagai sosok sentral. Parenting atau pola asuh menjadi proses proses fundamental dimana seorang anak didampingi dan juga dibimbing seluruh tahapan pertumbuhannya dengan cara dirawat dan dilindungi, serta diarahkan pada kehidupan baru dalam setiap tahapan perkembangannya. Meskipun begitu, pada tahapan realitasnya tidak semua orang tua mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang memadai tentang cara mengasuh anak yang baik dan benar. Minimnya pengetahuan dan keterampilan tersebut bisa memunculkan pola asuh yang salah kepada anak. Terlebih lagi jika seorang anak hanya mengimitasiperilaku negatif orang lain yang yang berada di luar rumah. Kondisi ini tentunya membuat kurang optimalnya tumbuh kembang anak dan berimplikasi pada masa depannya yang suram. Disadari atau tidak, orang tua di Indonesia dinilai masih menerapkan pola asuh otoriter dalam mendidik buah hatinya. Sikap-sikap seperti ingin didengar dan dimengerti oleh anak, menuntut anak selalu patuh terhadap perintahnya, suka membanding-bandingkan dan menyalahkan anakadalah model pola asuh yang otoriter.

Cara Pengasuhan/Parenting Orang Tua

1.   Perawatan Bayi, Balita dan Anak Prasekolah

Anak pada usia ini membutuhkan pengawasan dan perhatian yang intensif. Interaksi tatap muka dengan bayi dan balita secara signifikan meningkatkan keterampilan bahasa dan sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak usia dua tahun dapat memahami perubahan yang terjadi di sekitar mereka, termasuk kaitannya dengan situasi pandemi. Peran orang tua sangat dibutuhkan untuk memberikan gambaran tentang situasi pandemi saat ini, sehingga mereka bisa tetap waspada tanpa disertai rasa takut. Dalam hal ini, orang tua dapat bercerita tentang pandemi atau mungkin melakukan role play dengan anak-anak mereka, agar dapat memperoleh keterampilan dalam membantu diri sendiri yang dibutuhkan untuk kehidupan sehari-hari, sehingga bounding antara orang tua dan anak tetap terjaga.

2.   Kesejahteraan Anak Usia Sekolah

Agar anak tidak merasa jenuh, lakukan hal-hal yang kreatif dan menyenangkan untuk kegiatan sehari-hari, seperti mengaji, role play, menggambar, melukis, menyanyi, menari, bercerita yang disesuaikan dengan keinginan dan bakat. Membaca buku cerita yang bagus dan bermain di dalam ruangan dapat didorong sebagai kegiatan rekreasi. Screen time harus dibatasi. Jika anak mengalami kesulitan belajar, orang tua dapat membantu mereka untuk meningkatkan kemampuan akademiknya. Anak harus diberi motivasi untuk melakukan kegiatan akademik dengan cara yang terbaik pada saat pembelajaran daring. Menyusun jadwal rutinitas harian akan sangat bermanfaat. Orang tua perlu menyisihkan waktu khusus dan memberi pemahaman kepada anak tentang teamwork, pekerjaan rumah tangga yang dapat dikerjakan oleh anak, menjadi tanggung jawab anak, sehingga pekerjaan orang tua tidak lagi overload. Peran orang tua dalam membentuk mekanisme coping anak sangat diperlukan, bagaimana manajemen suatu masalah, agar tidak berfokus kepada masalah saja, tapi juga mengajarkan mereka untuk menemukan solusi yang tepat dari masalah tersebut.

3.   Kesejahteraan Orang Tua

Untuk mencegah gangguan kecemasan yang dapat menyebabkan stres, orang tua harus menjaga nutrisi, fisik, kesehatan dan kesejahteraan emosional. Menjaga kebiasaan makan yang sehat, teratur berolahraga dan istirahat yang cukup. Orang tua harus belajar untuk manajemen diri dan menyeimbangkan pekerjaan rumah tangga, kegiatan dengan keluarga, dan karirnya.

Pola Pengasuhan / Parenting

Terdapat perbedaan antara filosofi pengasuhan yang demokratis/ otoritatif, otoriter, dan permisif.

1.   Metode pengasuhan yang demokratis atau otoritatif sebenarnya baik untuk anak-anak dan dapat mendorong kemandirian. Sedangkan pola asuh demokratis bahwa orang tua harus mampu menahan perilaku anak-anak mereka dan mengontrolnya. Anak-anak dapat memiliki kemampuan untuk memilih dan melakukan aktivitas yang disepakati ketika orang tua dan anak-anak selalu berkomunikasi tentang aktivitas mereka. Orang tua yang menggunakan pendekatan pengasuhan otoritatif ini memengaruhianak-anak mereka untuk lebih terlibat dengan orang lain, menunjukkan tanda-tanda kemandirian, dan memiliki kendali diri atas emosi mereka. Akibatnya, anak-anak lebih siap menghadapi masalah yang muncul dalam hidup mereka.

2.   Pola asuh otoriter adalah pola atau pendekatan pola asuh yang berbeda dengan keterangan di atas. Gaya pengasuhan otoriter lebih menekankan pada orang tua yang menghargai kepatuhan untuk membesarkan anak-anak mereka sesuai dengan cita-cita mereka, cenderung menetapkan batasan, dan bersikeras agar anak mereka mematuhi semua arahan orang tua. Dengan demikian, pola asuh otoriter kurang mendukung otonomi anak tetapi dapat melibatkan partisipasi yang tinggi atau, di sisi lain, hampir tidak ada sama sekali.  Anak  dari orang  tua yang menggunakan pendekatan pola asuh otoriter ini menunjukkan kurangnya kesenangan, takut melakukan kesalahan, rasa rendah diri, dan kemampuan komunikasi yang buruk,

3.   Pola pengasuhan orang tua selanjutnya adalah pengasuhan permisif. Orang tua yang permisif mungkin terlalu memanjakan anak, tetapi bagaimanapun juga, orang tua tidak secara aktif mengomunikasikan pedoman, aturan, dan batasan penting kepada anak-anaknya. Sikap permisif jelas menunjukkan kurangnya struktur dan panduan, dan menyiratkan kurangnya keterlibatan konstruktif, meskipun beberapa orang tua permisif sangat terlibat dengan anak-anaknya dan memberi apa yang diinginkan olehanak. Sisi yang lain, orang tua yang permisif cenderung tidak mengajukan permintaan dan tidak mendukung keterlibatan anak supaya mandiri. Orang tua yang menerapkan pola pengasuhan dengan gaya permisif ini berakibat anak cenderung melakukan kesalahan dan pelanggaran sehingga anak tidak mampu mengendalikan perilakunya, kurang dewasa, memiliki harga diri rendah, dan terasingkan dari keluarga.

 

Referensi:

Uliasari, I. N., & Purnomosidi, F. 2023. Sosialisasi Parenting Anak pada Ibu-ibu PKK di Dukuh Sambiroto, Desa Sindon Kabupaten Boyolali. Batara Wisnu : Indonesian Journal of Community Services3(3), 648-654.

Meiranny, A., SiT, S., & Keb, M. 2021. Urgensi Parenting di Masa Karantina. Asuhan Kebidanan, 228.

Sunaengsih, C., Karlina, D. A., & Maulana, M. 2020. Penyuluhan Mengenai Pentingnya Parenting dalam Membentuk Karakter Anak. Jurnal Pasca Dharma Pengabdian Masyarakat, 1(1), 10-15.