Jumat, 05 April 2024 09:56 WIB

Kenali Pengklasifikasian Autisme dan Cara Penanganannya

Responsive image
100
Promosi Kesehatan Tim Kerja Hukum dan Humas RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Pada proses pertumbuhan dan perkembangan anak, stimulus-stimulus yang diberikan oleh lingkungan di sekitarnya sangat mempengaruhi, apabila stimulus diterima dan dijalankan dengan baik maka anak akan memiliki kemampuan kognitif, motorik, dan bahasa yang berkembang dengan sangat baik. Namun, apabila stimulus tersebut tidak diterima dan dijalankan dengan baik oleh anak, maka orang tua harus waspada terhadap gangguan perkembangan pada anak. Salah satu gangguan perkembangan pada anak yang sering kita temui sekarang adalah autisme. Autisme merupakan sebuah gangguan perkembangan pada anak meliputi perkembangan sosial dan komunikasi, seperti kesulitan dalam mengaktualisasikan tingkah laku, dan kelainan pada intelegensi verbal. Gangguan perkembangan nerobiologi yang berat terjadi pada anak sehingga menimbulkan masalah pada anak untuk berkomunikasi dan berelasi (berhubungan) dengan lingkungannya. Penyandang autisme tidak dapat berhubungan dengan orang lain secara berarti, serta kemampuannya untuk membangun hubungan dengan orang lain terganggu karena masalah ketidakmampuannya untuk berkomunikasi dan untuk mengerti apa yang dimaksud oleh orang lain.

Klasifikasi Autisme

Klasifikasi ini dapat diberikan melalui Childhood Autism Rating Scale (CARS). Skala ini menilai derajat kemampuan anak untuk berinteraksi dengan orang lain, melakukan imitasi, memberi respon emosi, penggunaan tubuh dan objek, adaptasi terhadap perubahan, memberikan respon visual, pendengaran, pengecap, penciumandan  sentuhan.  Selain  itu,  Childhood  Autism  Rating  Scale  juga  menilai  derajat kemampuan anak dalam perilaku takut / gelisah melakukan komunikasi verbal dannon verbal, aktivitas,  konsistensi  respon  intelektual  serta  penampilan  menyeluruh.  Pengklasifikasiannya adalah sebagai berikut :

1.   Autis Ringan

Anak-anak dengan autisme ringan memiliki kecerdasan yang baik, namun seolah tidak nampak dalam keseharian mengingat dalam hal komunikasi, sosialisasi dan beberapa yang lain.

2.   Autis Sedang

Pada kondisi  ini, anak autis masih menunjukkan sedikit kontak mata, namun tidak memberikan respon ketika namanya dipanggil. Tindakan agresif atau hiperaktif, menyakiti diri sendiri, acuh, dan gangguan motorik yang stereotipik cenderung agak sulit untuk dikendalikan.

3.   Autis Berat

Anak autis yang berada pada kategori ini menunjukkan tindakan-tindakan yang sangat tidak terkendali. Biasanya anak autis memukul-mukulkan kepalanya ke tembok secara berulang-ulang dan terus-menerus tanpa henti. Ketika orang tua berusaha mencegah, namun anak tidak memberikan respon dan tetap melakukannya, bahkan dalam kondisi berada dipelukan orang tuanya, anak autis tetap memukul-mukulkan kepalanya.

Tahap Perkembangan Anak Autism

Anak autis memiliki tahap perkembangan yang dilalui, yaitu The Own Agenda Stage, The Requester Stage, The Early Communication Stage, dan The Partner Stage.

1.   Pada tahap The Own Agenda Stage anak tidak bereaksi terhadap orang lain di sekitarnya dan belum memahami bagaimana hal tersebut mempengaruhi mereka.

2.   Pada tahap The Requester Stage, anak-anak sudah menyadari dampak komunikasi sehingga ketika anak menginginkan sesuatu anak akan menggunakan tangannya diarahkan ke hal yang diinginkan atau menarik tangan orang dewasa ketika menginginkan sesuatu. 

3.   Pada tahap The Early Communication Stage anak sudah bisa menggunakan suara, gerakan tubuh, dan gambar, namun anak mengalami kesulitan memahami simbol dan frasa sederhana. 

4.   Pada tahap terakhir yaitu The Partner Stage, anak dapat berkomunikasi dengan baik dan bisa melakukan percakapan yang sederhana, selain itu anak juga sudah mampu memahami kalimat sederhana.

Diagnosis

Dengan adanya gangguan perkembangan ini, para orang tua sebaiknya lebih memahami dan mengawasi anak dengan baik, terutama jika anak menunjukkan gejala autisme. Gejala autisme ini dapat diminimalisir dengan melakukan penanganan dini pada anak sehingga perlu adanya diagnosis awal yang cepat dan tepat. Semakin cepat para orang tua mengetahui anak menderita autisme, maka semakin cepat juga anak mendapatkan pengobatan. Proses diagnosis autisme membutuhkan kecermatan, pengalaman dan waktu yang relatif lama, sehingga diagnosis yang paling baik adalah dengan mengamati perilaku keseharian anak secara seksama dalam berkomunikasi, bertingkah laku, dan tingkat perkembangannya. Biasanya anak yang sudah didiagnosa autisme langsung mendapatkan pengobatan berupa terapi. Terapi bagi anak autis lebih baik dimulai sejak dini dan harus diarahkan pada hambatan dan keterlambatan yang umumnya dimiliki oleh setiap anak.

Penanganan

Ada beberapa pengobatan terapi yang memberikan perubahan pada anak autisme, terapi diberikan oleh terapis dengan tujuan untuk membangun kondisi yang lebih baik pada anak serta melatih anak agar mampu mengurangi masalah dan meningkatkan kemampuan komunikasi, beradaptasi, dan bersosialisasi dengan lingkungan seperti anak pada umumnya. Anak autisme yang mendapatkan terapi akan menunjukkan peningkatan dan kemajuan dalam kemampuannya terutama pada kemampuan komunikasi.

 

Referensi :

Hasanah, S. N., Noor, I., & Komalasari, S. 2020. Dukungan Sosial pada Anak dengan Autisme dari Orang Tua yang Memiliki Lembaga Pendidikan dan Pelayanan Anak Bekebutuhan Khusus (ABK). Jurnal Al-Husna, 1(3), 207-223.

Prabowo, B. S. B., Ilham, M., & Widowati, A. 2021. Pengembangan Alat Latihan Motorik Kasar Pada Anak Autisme. Jurnal Manajemen Pendidikan Dan Ilmu Sosial, 2(2), 791-800.

Dewi, C. R. 2022. Pembelajaran Konsep Dasar Mewarnai pada Anak Autis. ULIL ALBAB: Jurnal Ilmiah Multidisiplin, 2(1), 36-44.

Solihati, Y. M. 2021. Hubungan Efikasi Diri Pengasuhan Terhadap Kecemasan Orangtua Anak Dengan Autisme. Psyche 165 Journal, 40-44.