Menurut Suddarth Brunner dalam bukunya yaitu ajar keperawatan medikal bedah mengemukakan bahwa fraktur adalah pemisahan atau robekan pada kontinuitas tulang yang terjadi karena adanya tekanan yang berlebihan pada tulang dan tulang tidak mampu untuk menahannya.
Fraktur bisa disebabkan oleh trauma langsung misalnya benturan atau pukulan yang mengakibatkan patah tulang, dan trauma tidak langsung, yaitu: bila fraktur terjadi, bagian tulang mendapat benturan dan mengakibatkan fraktur lain disekitar bagian yang mendapat benturan tersebut dan juga karena penyakit primer seperti osteoporosis dan osteosarkoma.
Fraktur dibedakan berdasarkan luka jaringannya yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka. Fraktur dengan kulit tetap utuh disekitar fraktur tidak menonjol keluar dari kulit dan tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar adalah fraktur tertutup. Jaringan akan mengalami kerusakan pada kanalis havers dan jaringan lunak diarea terjadinya fraktur, selanjutnya akan terbentuk bekuan darah dan benang-benang fibrin serta hematoma sehingga jaringan akan nekrosis. Terjadilah fibroblast dan kapiler-kapiler baru tumbuh sehingga membentuk jaringan granulasi. Selanjutnya periosteum, endeosteum dan sumsum tulang akan mensuplai osteoblast, kemudian osteoblast berproliferasi membentuk fibrokartilago, kartilago hialin dan jaringan penunjang fibrosa. Kemudian akan dibentuk fiber-fiber kartilago dan matriks tulang yang menghubungkan dua sisi fragmen tulang yang rusak, sehingga terjadi osteogenesis dengan cepat sampai terbentuknya jaringan granulasi.
Sedangkan fraktur terbuka terdapat kerusakan kulit sekitar fraktur, luka tersebut menghubungkan bagian luar kulit. Fraktur terbuka anak lebih berpotensi terjadinya infeksi. Terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit, pada fraktur terbuka terjadi robekan pada kulit dan pembuluh darah, maka terjadilah perdarahan, darah akan banyak keluar dari ekstra vaskuler maka akan terjadilah syok hipovolemik, ditandai dengan terjadinya penurunan tekanan darah atau disebut hipotensi syok hipovolemik juga dapat menyebabkan cardiac output menurun dan terjadilah hipoksia. selanjutnya respon tubuh akan membentuk metabolisme anaerob berupa asam laktat, bila terjadi metabolisme anaerob maka asam laktat dalam tubuh akan meningkat.
Selain itu terdapat pula fraktur komplit, fraktur inkomplit, fraktur displaced, fraktur comminuted, fraktur impacted atau fraktur compressi, fraktur patologis, fraktur greenstick.
Adapun untuk proses penyembuhan tulangnya melalui 5 fase, yaitu pertama adalah fase formasi hematon terjadi sampai hari ke-5. Pada fase ini area fraktur akan mengalami kerusakan pada kanalis havers dan jaringan lunak, kemudian akan membentuk hematoma sampai berkembang menjadi jaringan granulasi. Di fase kedua terjadi proliferasi, ini terjadi di hari ke-12, akibat dari hematoma pada respon inflamasi fibioflast dan kapiler-kapiler baru tumbuh membentuk jaringan granulasi dan osteoblast berproliferasi membentuk fibrokartilago, yang menghubungkan dua sisi fragmen tulang rusak sehingga terjadi osteogenesis dengan cepat. Selanjutnya fase ketiga adalah fase formasi kalius yang terjadi dihari ke 6 sampai 10 hari, setelah cidera. Difase ini akan membentuk pra prakulius dimana jumlah prakalius nakan membesar tetapi masih bersifat lemah. Fase keempat yaitu formasi kalius yang terjadi sampai dengan minggu ke-12, pada fase ini prakalius mengalami pemadatan sehingga terbentuk kalius-kalius eksterna, interna dan intermedialis selain itu osteoblast terus diproduksi untuk pembentukan kalius ossificasi. Pada fase ini di minggu ke-3 sampai ke-10 kalius akan menutupi tulang. Yang terakhir adalah fase konsolidasi yang berlangsung pada 6-8 Bulan dan remoding 6-12 bulan, pada fase ini pengkokohan atau persatuan tulang proporsional tulang ini akan menjalani transformasi metaplastik untuk menjadi lebih kuat dan lebih terorganisasi. Kalius tulang akan mengalami remodeling dimana osteoblast akan membentuk tulang baru, sementara osteoklast akan menyingkirkan bagian yang rusak sehingga akhirnya akan terbentuk tulang yang menyeruapai keadaan tulang yang aslinya.
Untuk penatalaksanaan fraktur bisa secara medis pembedahan atau tanpa pembedahan tergantung dengan jenis frakturnya, dan dilanjutkan dengan fisioterapi. Adapun secara medis bisa dilakukan pembedahan atau tanpa pembedahan, yang tanpa pembedahan bisa dilakukan dengan pemasangan GIPS atau bisa dilakukan traksi, secara umum traksi dilakukan dengan menempatkan beban dengan tali pada ekstreminasi klien. Tempat tarikan disesuaikan dengan arah tarikan yang segaris dengan sumbu tarikan tulang yang patah. Kegunaan traksi untuk mengurangi patah tulang, mempertahankan fragmen tulang pada posisi yang sebenarnya selama penyembuhan, memobilisasikan tubuh bagian jaringan lunak, memperbaiki deformitas.
Selain GIPS dan traksi juga digunakan reduksi. Reduksi adalah proses manipulasi pada tulang yang terjadi fraktur untuk memperbaiki kesejajaran, mengurangi penekanan dan merenggangkan saraf dan pembuluh darah. Jenis reduksi sendiri ada dua macam, yaitu: reduksi tertutup dan reduksi terbuka (pembedahan), reduksi tertutup merupakan metode untuk mensejajarkan fraktur atau meluruskan fraktur, dan Reduksi terbuka pada reduksi ini insisi dilakukan dan fraktur diluruskan selama pembedahan dibawah pengawasan langsung, pada saat pembedahan, berbagai alat fiksasi internal digunakan pada tulang yang fraktur.
Fisioterapi diperlukan setelah pembedahan (pasca pembedahan) atau tanpa pembedahan (setelah dilakukan tindakan) untuk memuluhkan fungsi ekstermitas/ tulang yang mengalami fraktur sehingga tidak ada komplikasi. Diperlukan juga latihan ROM, ROM sendiri ada ROM aktif dan ROM pasif. ROM pasif untuk mencegah kontraktur pada sendi dan mempertahankan ROM normal pada sendi yang dibantu oleh petugas, sedangkan ROM aktif dapat dilakukan mandiri oleh pasien atas pengawasan dan arahan dari petugas. ROM bisa dilakukan therapist, perawat ataupun oleh mesin CPM (continous pasive motion).
DAFTAR PUSTAKA
Brunner, Suddarth. 2002. Buku Ajar keperawtan medikal bedah, edisi 8 vol.2. EGC. Jakarta
Mansjoer,dkk. 2000. kapita selekta kedokteran edisi 3 jilid 2. Media Aesculapius. Jakarta
Sjamsuhidayat, Jong. 2005. Ilmu Bedah edisi 2. EGC. Jakarta