Kamis, 23 Juni 2022 15:43 WIB

Infeksi Virus Hepatitis C pada Pasien yang Menjalani Hemodialisis

Responsive image
2542
dr. Herleni Kartika, Sp.PD - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Kelompok penderita penyakit gagal ginjal kronis (PGK) adalah salah satu kelompok popualasi yang rentan sistem pertahanan tubuhnya (immunocompromised). Kondisi tersebut dapat menyebabkan lebih mudah untuk terinfeksi berbagai penyakit infeksi, salah satunya adalah infeksi virus hepatitis C (Hepatitis C Virus/HCV).

Kejadian infeksi HCV pada kelompok pasien yang menjalani hemodialisis (HD) rutin lebih tinggi  dibandingkan populasi umum dan dihubungkan juga dengan lama menjalani HD. Di Eropa kejadian infeksi HCV terjadi sekitar <5% sedangkan di Amerika terjadi sekitar 8%.1 Di instalasi  HD RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang, hingga Oktober tahun 2021 prevalensi infeksi HCV pada pasien HD rutin adalah 101 dari 320 pasien HD  (31,56%). Penderita infeksi HCV hanya sebagian kecil yang menjalani terapi dan belum ada data mengenai perkembangan menjadi penyakit sirosis hati.

Terkontaminasi dengan virus. Pasien HD rutin dapat saja memerlukan         transfusi darah, tindakan invasif lainnya melalui mesin dialysis dan cairan   dialysis. Studi dari Fabrizi F menyebutkan bahwa pada pasien HD rutin,   faktor risiko dalam penularan HCV adalah transfusi darah dan lamanya   menjalani HD. 2

 Upaya menurunkan insiden HCV pada pasien HD rutin dilakukan dengan   berapa strategi antara lain melakukan skrining rutin terhadap HCV dan juga selalu melaksanakan kewaspadaan universal (universal precaution) untuk meminimalisir   transmisi HCV.

Penyebaran HCV dapat terjadi melalui paparan dengan darah dan cairan tubuh yang terkontaminasi dengan virus. Pasien HD rutin dapat saja memerlukan transfusi darah, tindakan invasif lainnya melalui mesin dialysis dan cairan dialysis. Studi dari Fabrizi F menyebutkan bahwa pada pasien HD rutin, faktor risiko dalam penularan HCV adalah transfusi darah dan lamanya menjalani HD. 

Pasien HD dengan infeksi HCV berisiko untuk peningkatan kejadian penyakit kardiovaskular. Adanya infeksi HCV juga merupakan factor risiko terjadi sindroma malnutrisi inflamasi kompleks (Malnutrition-inflammatory complex syndrome/MCS). Infeksi HCV menyebabkan kadar serum albumin lebih rendah pada pasien HD dengan infeksi HCV dibanding yang tanpa infeksi HCV dan menurunkankan status nutrisi pada pasien HD.

 

Studi Kalantar-Zadeh dkk yang  meneliti 2.778 pasien HD dengan anti HCV positif, melaporkan kematian akibat penyakit kardiovaskular pada kelompok tersebut terjadi sebanyak 1,48 kali lebih banyak dibandingkan pada kelompok anti HCV negatif. Kejadian serebrovaskular juga lebih tinggi pada pasien HD dengan HCV positif. Disimpulkan bahwa infeksi hepatitis C berperan untuk terjadinya aterogenik melalui mekanisme dislipidemia dan sindroma metabolik. 

Infeksi HCV juga menjadi penyebab keruskan hati pada pasien PGJ termasuk juga pasien yang menjalani HD rutin. Morbiditas dan mortalitas yang terjadi disebabkan karena perjalanan penyakit infeksi HCV sendiri yang dapat menyebabkan karsinoma hati, sirosis hepatis, syndrome uremikum dan sepsis. Infeksi HCV yang berlangsung lama dapat menyebabkan progresifitas fibrosis hati dan gangguan respon imun pasien sehingga terjadi mutasi HCV dengan cepat, dan terbentuk partikel virus yang heterogen dan menurunkan respon terhadap terapi HCV.

Bagaimana menghindari atau mengurangi dampak infeksi HCV?

Berdasarkan rekomendasi Kidney Disease Improving Global Outcome (KDIGO) 2008 ada 3 (tiga) hal yang bisa dilakukan yaitu:3

1.     Setiap unit HD mematuhi prosedur standar pengendalian infeksi dengan semaksimal mungkin

2.    Melakukan skirining berkala untuk mendeteksi HCV dan melacak hasil pemeriksaan HCV

3.   Strategi lain untuk mencegah transmisi HCV di unit HD yaitu prioritas melakukan SOP pelayanan dan pengobatan.

Hal ini didukung oleh PERNEFRI (Perhimpunan Nefrologi Indonesia) yang mengatur bahwa perawat yang bekerja di unit HD adalah yang sudah bersertifikat dialysis meski sampai saat ini belum bisa dipenuhi 100 persen. Upaya lain adalah pemberian terapi eritropoetin (EPO) untuk menurunkan keperluan   transfuse darah yang menjadi salah satu factor risiko transmisi HCV serta menghindari  memakai dialyzer pakai ulang (reuse).

Referensi:

1.      Hinrichsen H, Leimenstoll G, Stegen G, et al. Prevalence and Risk Factors of HCV infection in Haemodalysis Patients; A Multicentre study in 2796 patients. Gut. 2002;51(3):429-433

2.      Fabrizi F. Hepatitis C virus Infection and Dialysis : 2012 Update. Isrn Nephrology,2013;2013:1-11

3.      KDIGO : Clinical Practice Guidelines for the Prevention, Diagnosis, Evaluation and Treatment of Hepatitis C in CKD. Kidney int Suppl. 2008 (109);1-99