Pola makan memainkan peran yang sangat penting dalam sistem kekebalan tubuh pasien HIV/AIDS, karena kecukupan makronutrien dan mikronutrien yang dibutuhkan sangat vital. Diet yang kurang bervariasi dapat berdampak buruk pada kesehatan, kesejahteraan, dan perkembangan individu, terutama dengan mengurangi kemampuan fisik, sosial, kognitif, reproduksi, dan imunologi. Tingkat keragaman makanan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya pada orang yang terinfeksi HIV akan sangat berpengaruh dalam meningkatkan kualitas perawatan gizi dan konseling yang diberikan oleh tenaga medis, untuk memperbaiki kualitas hidup serta kapasitas fisik dan sosial pasien. Dampak buruk gizi pada orang dengan HIV/AIDS menjadi lebih mendesak, mengingat mereka juga harus menghadapi infeksi oportunistik. Penyakit dapat berkembang lebih lambat dengan dukungan nutrisi yang baik. Intervensi gizi dapat meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatan dan memaksimalkan manfaat dari obat antiretroviral. Kualitas diet semakin diperhatikan dalam survei epidemiologi gizi untuk menganalisis pola makan dan mengevaluasi keberhasilan intervensi diet tertentu, mengingat adanya hubungan yang telah diketahui antara makanan dan fungsi fisiologis tubuh manusia. Kualitas makanan juga telah dijadikan indikator untuk memprediksi angka kematian serta risiko penyakit kronis. Namun, ada pendapat yang menyatakan bahwa pola makan secara keseluruhan atau konsumsi kelompok makanan lebih menggambarkan kualitas diet yang lebih baik daripada hanya melihat asupan nutrisi tunggal. Oleh karena itu, indeks kualitas diet dikembangkan sebagai alat untuk menghubungkan konsumsi makanan dan nutrisi dengan kejadian penyakit kronis, kematian, serta angka kesakitan. Pengukuran kualitas diet adalah salah satu indikator yang dapat menggambarkan sejauh mana penderita HIV/AIDS mengikuti rekomendasi untuk hidup sehat. Selain itu, diet yang baik juga terkait dengan penurunan risiko kematian, karena kualitas diet berperan dalam meningkatkan kualitas hidup melalui perbaikan pola konsumsi makanan.
Pola Makan Pasien HIV/AIDS
1. Pola makan adalah kebiasaan dalam mengonsumsi makanan yang dapat mempengaruhi kondisi gizi seseorang. Dengan mengonsumsi makanan yang tepat, baik dari segi jumlah, kualitas, maupun jenisnya, untuk memenuhi kebutuhan berbagai zat gizi tubuh, maka tubuh dapat mencapai status gizi yang optimal.
2. Selain itu, menambahkan garam pada makanan yang dimasak sudah menjadi kebiasaan umum. Akibatnya, risiko tidak hanya obesitas, tetapi juga penyakit lainnya seperti karies, diabetes tipe 2, dan penyakit jantung lebih tinggi. Faktor ini juga dipengaruhi oleh tempat tinggal, di mana remaja yang tinggal di panti asuhan memiliki asupan buah yang lebih tinggi serta konsumsi daging dan kacang yang lebih rendah dibandingkan dengan remaja yang tinggal bersama keluarga mereka.
3. Menurut prinsip pola makan sehat, orang dewasa disarankan untuk mengonsumsi setidaknya 2 (dua) gelas besar susu setiap hari atau menggantinya dengan minuman susu fermentasi. Selain itu, bukti menunjukkan bahwa individu dengan HIV memiliki risiko lebih tinggi terhadap masalah tulang, seperti osteopenia, dengan risiko berkisar antara 22% hingga 77%.
4. Mengonsumsi makanan bergizi yang tepat tidak hanya berpengaruh pada kesehatan, tetapi juga pada kualitas hidup penderita HIV. Hal ini dapat membantu mengurangi risiko kekurangan gizi yang signifikan pada individu yang terinfeksi, serta kekurangan mineral dan vitamin dengan sifat imunostimulasi, seperti vitamin B, A, C, dan E.
5. Status gizi individu dengan HIV/AIDS sangat dipengaruhi oleh pola makan yang mereka jalani. Pola makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh akibat infeksi HIV dapat menyebabkan kekurangan gizi jangka panjang, sementara stadium AIDS akan menyebabkan penurunan daya tahan tubuh yang signifikan terhadap infeksi lain.
6. Pola makan yang kurang bervariasi juga dapat berdampak buruk pada kesehatan, kesejahteraan, dan perkembangan seseorang, terutama dengan mengurangi kemampuan fisik, sosial, kognitif, reproduksi, dan sistem imun. Pola makan memainkan peran yang sangat penting dalam sistem kekebalan tubuh penderita HIV/AIDS, karena kecukupan asupan makronutrien dan mikronutrien sangat diperlukan untuk menjaga fungsi tubuh yang normal.
Referensi :
Duda, P., Knysz, B., G?siorowski, J., Szetela, B., Piotrowska, E., & Bronkowska, M. 2021. Assessment of Dietary Habits and Lifestyle among People with HIV. Advances in Clinical and Experimental Medicine.
Kadiyala, S., & Rawat, R. 2014. Food Access and Diet Quality Independently Predict Nutritional Status among People Living with HIV in Uganda.
Palermo, T., Rawat, R., Weiser, S. D., & Kadiyala, S. 2013. Food Access and Diet Quality are Associated with Quality of Life Outcomes among HIV-Infected Individuals in Uganda.