Selasa, 26 November 2024 08:33 WIB

Gaya Hidup dengan Kejadian Benign Prostate Hyperplasia

Responsive image
216
Promosi Kesehatan, Tim Kerja Hukum dan Humas - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

BPH (Benign Prostatic Hyperplasia) atau HPJ (Hipertrofi Prostat Jinak) merupakan pembesaran pada kelenjar prostat. Kondisi ini cukup umum terjadi, terutama pada pria yang berusia lebih dari 50 tahun. Penderita BPH biasanya mengalami berbagai gejala seperti kesulitan memulai buang air kecil yang berlangsung lama, kadang disertai rasa mengedan, aliran urin yang terputus-putus, tetesan urin di akhir buang air kecil, pancaran urin yang lemah, dan rasa tidak puas setelah buang air kecil. Gejala-gejala ini dikenal dengan istilah LUTS (Lower Urinary Tract Symptoms). Komplikasi umum pada penderita BPH antara lain trabekulasi atau penebalan serat detrusor, sirkulasi, divertikel, atau pembentukan batu vesika. Pada tahap akhir dekompensasi, kondisi ini dapat menyebabkan vesika urinaria yang tidak dapat mengosongkan diri, yang berujung pada retensi urin total. Prostat memiliki sel-sel kelenjar (glandular cells) yang memproduksi cairan yang juga merupakan sel-sel yang mengembangkan kanker prostat dan sel-sel jaringan ikat (stroma cells), yaitu sejenis sel-sel jaringan (tissue cells) yang mengisi ruang antar kelenjar. Kondisi BPH berarti meningkatnya glandula cells dan stroma cells. Ini menyebabkan bertambahnya ukuran prostat yang kemudian menimbulkan hambatan buang air kecil atau gejala iritasi. Gejalanya sama dengan kanker prostat. BPH adalah pembesaran kelenjar yang bersifat menyebar dan menyeluruh dan itulah yang dialami oleh penderita dengan gejala aliran urin yang lemah dan terputus-putus. Penderita BPH (Benign Prostatic Hyperplasia) sering kali mengalami penyumbatan pada saluran urin atau uretra dekat pintu masuk kandung kemih, sehingga seolah-olah tercekik. Hal ini menyebabkan gangguan dalam proses pengeluaran urin. Penderita sering merasa ingin buang air kecil, terutama di malam hari, bahkan kadang-kadang tidak dapat menahannya. Seiring peningkatan tekanan pada uretra, pengeluaran urin semakin sulit, aliran urin menjadi lemah, dan dalam beberapa kasus bisa terhenti mendadak. Kondisi ini dapat menimbulkan rasa sakit yang hebat di perut dan berisiko menyebabkan infeksi pada kandung kemih. Jika infeksi terjadi, aliran urin bisa terhenti sepenuhnya, dan untuk mengeluarkan urin, kateter harus digunakan, yang juga menimbulkan rasa sakit. Jika kondisinya semakin parah, pemotongan pada kelenjar prostat mungkin diperlukan.

Kejadian Benign Prostate Hyperplasia

Kelenjar prostat adalah organ pada pria yang terletak di bawah kandung kemih dan mengelilingi uretra bagian belakang. Ketika kelenjar ini membesar, ia dapat menyumbat uretra dan menghambat aliran urin. Pembesaran prostat sangat dipengaruhi oleh hormon testosteron, yang dalam sel-sel prostat akan diubah menjadi Dehidrotestosteron (DHT) melalui bantuan enzim 5?-reduktase. DHT inilah yang merangsang mRNA dalam sel-sel prostat untuk memproduksi protein faktor pertumbuhan yang mendorong pembesaran prostat.

Faktor Risiko Diduga Sebagai Penyebab Terjadinya BPH

1.    Aktivitas fisik yang rutin dapat menurunkan kadar dehidrotestosteron, yang pada gilirannya dapat mengurangi risiko masalah prostat. Selain itu, berolahraga juga membantu mengatur berat badan, sehingga menjaga kestabilan otot-otot lunak di sekitar prostat.

2.    Faktor risiko lainnya yang diduga berperan dalam perkembangan BPH adalah konsumsi minuman beralkohol. Alkohol dapat mengurangi kadar zinc dan vitamin B6, yang keduanya sangat penting untuk kesehatan prostat. Zinc memiliki peran yang sangat vital bagi kelenjar prostat, karena prostat menggunakan zinc hingga 10 kali lebih banyak dibandingkan organ lainnya. Zinc juga membantu menurunkan kadar prolaktin dalam darah, yang mana prolaktin dapat meningkatkan konversi hormon testosteron menjadi DHT.

3.    Penyebab terjadinya BPH (Benign Prostatic Hyperplasia) dapat dipengaruhi oleh kebiasaan merokok. Nikotin dalam rokok dapat meningkatkan jumlah enzim yang merusak androgen, yang pada gilirannya menurunkan kadar testosteron. Penurunan kadar testosteron ini dapat mengakibatkan berkurangnya massa otot pada organ seksual dan kesulitan dalam ereksi. Selain itu, kadar testosteron yang rendah juga berperan dalam pembesaran prostat. Rokok mengandung karsinogen dan berbagai zat berbahaya lainnya yang dapat menyebabkan kematian dengan berbagai cara. Rokok telah terbukti menjadi faktor risiko untuk sejumlah penyakit, termasuk kanker mulut, paru-paru, sistem pernapasan, kandung kemih, pankreas dan ginjal.

 

Referensi :

Giatrininggar, E. 2013. Continuous Bladder Irrigation (CBI ) pada Klien Benign Prostate Hyperplasia (BPH) Post Transurethral Resection Prostate (TURP) di Ruang Anggrek Tengah Kanan RSUP Persahabatan. Karya Ilmiah Akhir Ners, UI.

World Heart Federation. 2012. State of the Heart Cardiovascular Disease Report 2012.

Sujiati, T. 2010. Hubungan Frekuensi Seksual Terhadap Kejadian BPH di RSUD Kabupaten Kebumen.

Nurmariana. 2013. Gambaran Karakteristik dan Tingkat Keparahan Obstruksi Pasien Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) di RSU Dr. Soedarso Pontianak Tahun 2013. Prodi Pendidikan Dokter.

https://ofi.ffarmasi.unand.ac.id/djarum/ http://103.88.229.78/djarum