Penyakit kardiovaskular merupakan salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia. Kondisi ini meliputi berbagai gangguan yang memengaruhi jantung dan pembuluh darah, seperti penyakit jantung koroner, stroke, dan penyakit arteri perifer. Faktor risiko utama penyakit kardiovaskular antara lain hipertensi, kolesterol tinggi, diabetes, obesitas, merokok, dan gaya hidup tidak aktif.
Dalam upaya mencegah dan menangani penyakit kardiovaskular, banyak penelitian telah dilakukan untuk mengeksplorasi potensi terapi herbal. Herbal telah digunakan secara tradisional selama berabad-abad dalam pengobatan berbagai kondisi kesehatan, termasuk masalah jantung dan pembuluh darah.
Berikut adalah beberapa herbal yang telah diteliti dan menunjukkan manfaat dalam mengurangi risiko penyakit kardiovaskular:
1. Bawang putih (Allium sativum)
Bawang putih telah lama dikenal memiliki sifat antioksidan dan antiinflamasi yang kuat. Sebuah meta-analisis yang diterbitkan pada tahun 2020 menemukan bahwa suplementasi bawang putih dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik, serta memperbaiki profil lipid dengan menurunkan kadar kolesterol total dan trigliserida. Bawang putih merupakan contoh yang menarik dari bagaimana obat herbal dapat berperan dalam meningkatkan kesehatan kardiovaskular. Dengan berbagai mekanisme aksi yang dimilikinya, bawang putih dapat membantu menurunkan tekanan darah, melindungi pembuluh darah dari kerusakan, mengurangi kadar kolesterol, mencegah pembekuan darah, dan meningkatkan fungsi endotel. Namun, penting untuk diingat bahwa hasil penelitian bisa bervariasi dan bahwa bawang putih tidak boleh dianggap sebagai pengobatan tunggal untuk penyakit kardiovaskular. Sebagai gantinya, bawang putih dapat diintegrasikan ke dalam pola makan sehat dan gaya hidup aktif sebagai bagian dari pendekatan yang holistik untuk menjaga kesehatan jantung dan pembuluh darah.
2. Curcumin (Curcuma longa)
Curcumin, senyawa aktif dalam kunyit, memiliki efek antiinflamasi, antioksidan, dan antiplatelets yang dapat bermanfaat bagi kesehatan jantung. Studi pada tahun 2019 menunjukkan bahwa curcumin dapat mengurangi risiko penyakit jantung koroner dengan meningkatkan fungsi endotel dan menurunkan pengerasan arteri. Curcumin diketahui memiliki sifat antiinflamasi yang kuat. Inflamasi kronis berperan dalam patogenesis penyakit kardiovaskular, seperti aterosklerosis dan disfungsi endotel. Curcumin dapat menghambat produksi sitokin proinflamasi dan molekul adhesi, serta mengurangi infiltrasi sel-sel inflamasi ke dinding pembuluh darah. Penelitian pada tahun 2019 menunjukkan bahwa curcumin dapat mengurangi penanda inflamasi seperti C-reactive protein (CRP) dan interleukin-6 (IL-6) pada pasien dengan penyakit jantung koroner. Curcumin memiliki aktivitas antioksidan yang kuat, dapat menetralisir radikal bebas, dan meningkatkan kapasitas antioksidan endogen tubuh. Sebuah studi pada tahun 2020 menunjukkan bahwa suplementasi curcumin dapat meningkatkan aktivitas enzim antioksidan seperti superoksida dismutase (SOD) dan katalase, serta menurunkan penanda stres oksidatif pada pasien dengan penyakit jantung koroner.
Curcumin dapat meningkatkan produksi nitrat oksida (NO), yang berperan penting dalam vasodilatasi dan memelihara fungsi endotel. Studi pada tahun 2018 menunjukkan bahwa curcumin dapat meningkatkan fungsi endotel dan menurunkan pengerasan arteri (arterial stiffness) pada pasien dengan penyakit jantung koroner.
Curcumin dapat menghambat agregasi platelet, yang berperan dalam pembentukan trombus dan penyumbatan pembuluh darah. Sebuah penelitian pada tahun 2021 menemukan bahwa curcumin dapat mengurangi risiko pembentukan trombus dan mencegah komplikasi kardiovaskular seperti serangan jantung dan stroke. Curcumin juga telah terbukti dapat memperbaiki profil lipid darah, yang merupakan faktor risiko penting penyakit kardiovaskular. Studi pada tahun 2019 menunjukkan bahwa suplementasi curcumin dapat menurunkan kadar kolesterol total, trigliserida, dan low-density lipoprotein (LDL) atau kolesterol jahat, serta meningkatkan kadar high-density lipoprotein (HDL) atau kolesterol baik.
3. Jintan hitam (Nigella sativa)
Jintan hitam telah digunakan dalam pengobatan tradisional untuk berbagai kondisi, termasuk penyakit kardiovaskular. Sebuah tinjauan sistematis pada tahun 2021 menemukan bahwa jintan hitam memiliki efek menguntungkan terhadap faktor risiko kardiovaskular seperti hipertensi, dislipidemia, dan diabetes.
Jintan hitam telah terbukti memiliki efek antihipertensi melalui beberapa mekanisme, seperti meningkatkan produksi nitrat oksida (NO) yang berperan dalam vasodilatasi, menghambat enzim pengonversi angiotensin (ACE) yang berperan dalam regulasi tekanan darah, dan efek diuretik. Sebuah tinjauan sistematis pada tahun 2021 menemukan bahwa suplementasi jintan hitam dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik secara signifikan.
Efek Antihiperlipidemia Dislipidemia atau profil lipid darah yang tidak normal, seperti kadar kolesterol dan trigliserida yang tinggi, merupakan faktor risiko penting penyakit kardiovaskular. Jintan hitam telah terbukti memiliki efek antihiperlipidemia melalui kemampuannya dalam meningkatkan metabolisme lipid dan menurunkan biosintesis kolesterol. Sebuah studi pada tahun 2019 menemukan bahwa suplementasi jintan hitam dapat menurunkan kadar kolesterol total, LDL (kolesterol jahat), dan trigliserida, serta meningkatkan kadar HDL (kolesterol baik).
Efek Antioksidan Stres oksidatif berperan dalam patogenesis penyakit kardiovaskular, seperti aterosklerosis dan disfungsi endotel. Jintan hitam kaya akan senyawa antioksidan seperti thymoquinone, yang dapat menetralisir radikal bebas dan melindungi sel-sel dari kerusakan oksidatif. Penelitian pada tahun 2020 menunjukkan bahwa suplementasi jintan hitam dapat meningkatkan aktivitas enzim antioksidan seperti superoksida dismutase (SOD) dan katalase, serta menurunkan penanda stres oksidatif pada pasien dengan penyakit jantung koroner.
Efek Antidiabetes Diabetes mellitus merupakan faktor risiko utama penyakit kardiovaskular. Jintan hitam telah terbukti memiliki efek antidiabetes melalui kemampuannya dalam meningkatkan sensitivitas insulin dan menurunkan resistensi insulin. Sebuah tinjauan sistematis pada tahun 2022 menemukan bahwa suplementasi jintan hitam dapat menurunkan kadar glukosa darah puasa dan HbA1c (penanda kontrol glikemik jangka panjang) pada pasien dengan diabetes tipe 2.
Efek Antiinflamasi Inflamasi kronis berperan dalam patogenesis penyakit kardiovaskular, seperti aterosklerosis dan disfungsi endotel. Jintan hitam memiliki sifat antiinflamasi yang kuat, dapat menghambat produksi sitokin proinflamasi dan molekul adhesi, serta mengurangi infiltrasi sel-sel inflamasi ke dinding pembuluh darah. Sebuah studi pada tahun 2019 menunjukkan bahwa suplementasi jintan hitam dapat menurunkan penanda inflamasi seperti C-reactive protein (CRP) dan interleukin-6 (IL-6) pada pasien dengan penyakit jantung koroner.
4. Daun jati belanda (Guazuma ulmifolia)
Daun jati belanda telah digunakan secara tradisional untuk mengobati hipertensi di beberapa negara Amerika Latin. Penelitian pada tahun 2022 menunjukkan bahwa ekstrak daun jati belanda memiliki efek antihipertensi dan dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolik pada pasien dengan hipertensi ringan hingga sedang.
5. Ginkgo biloba
Ginkgo biloba telah dikenal memiliki sifat antioksidan dan antiinflamasi yang dapat bermanfaat bagi kesehatan kardiovaskular. Sebuah meta-analisis pada tahun 2020 menemukan bahwa suplementasi Ginkgo biloba dapat menurunkan risiko stroke dan penyakit arteri perifer.
Selain herbal di atas, terdapat juga beberapa herbal lain yang telah diteliti seperti hawthorn (Crataegus spp.), fenugreek (Trigonella foenum-graecum), dan ginseng (Panax spp.) yang menunjukkan manfaat dalam mengurangi risiko penyakit kardiovaskular.
Meskipun demikian, penting untuk diingat bahwa penelitian tentang herbal dan penyakit kardiovaskular masih terus berlanjut, dan hasil yang diperoleh belum sepenuhnya konklusif. Selain itu, penggunaan herbal juga harus dilakukan dengan hati-hati dan di bawah pengawasan tenaga kesehatan profesional, karena terdapat kemungkinan interaksi dengan obat-obatan dan efek samping yang mungkin terjadi.
Referensi:
Ried, K., Toben, C., & Fakler, P. (2020). Effect of garlic on blood pressure: A systematic review and meta-analysis. BMC Cardiovascular Disorders, 20(1), 1-11.
Bansal, A., Gupta, A., Kumari, S., & Malhotra, H. (2019). Curcumin: An emerging therapeutic for cardiovascular diseases. Frontiers in Cardiovascular Medicine, 6, 89.
Sahebkar, A., Barardia, K., & Rezaie, A. (2021). Nigella sativa (black cumin) and its active constituent, thymoquinone: A comprehensive review on their nutritional and pharmacological aspects. Phytotherapy Research, 35(9), 4903-4923.
Díaz-Ruiz, G., Rodríguez-Enríquez, R., Moreno-Ulloa, A., & Mora-Sangri, M. A. (2022). Antihypertensive effect of Guazuma ulmifolia leaf extract in patients with mild to moderate hypertension: A randomized, double-blind, placebo-controlled study. Journal of Ethnopharmacology, 287, 114960.
Rahman, H., Hu, T. G., Nguyen, T. H., & Luo, J. (2020). Ginkgo biloba for cardiovascular diseases and complications: A systematic review and meta-analysis. Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine, 2020.
Sumber gambar; https://www.freepik.com/free-photo/top-view-natural-medicinal-spices-herbs_11375834.htm#fromView=search&page=1&position=22&uuid=29eab16b-a993-4cba-897a-441fe36dcce3