Kamis, 26 September 2024 10:45 WIB

Pemberian Zat Besi Tambahan pada Anak

Responsive image
140
Promosi Kesehatan, Tim Kerja Hukum dan Humas RSST - RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten

Kekurangan zat besi dianggap sebagai faktor penting yang mempengaruhi kesehatan secara negatif. Ada kekhawatiran bahwa defisiensi zat besi pada anak-anak dapat berdampak pada perkembangan mereka, sehingga banyak yang merekomendasikan suplementasi zat besi tambahan. Namun, selain untuk anak-anak yang benar-benar memerlukan zat besi, rekomendasi ini juga mencakup anak-anak yang tidak mengalami kekurangan zat besi. Hal ini dapat diterima asalkan tidak menimbulkan kerusakan, terutama pada anak-anak yang tidak mengalami defisiensi zat besi. Tingginya prevalensi defisiensi zat besi pada awal kelahiran menyebabkan banyak negara menerapkan fortifikasi besi secara luas pada susu formula dan makanan bayi. Intervensi ini tentu membantu mengurangi kasus anemia defisiensi besi dan defisiensi besi tanpa anemia. Namun, jumlah maksimum zat besi yang sebaiknya terkandung dalam produk tersebut, khususnya susu formula untuk bayi, masih menjadi bahan perdebatan hingga saat ini. Ada beberapa kekhawatiran mengenai pemberian zat besi kepada bayi yang sudah cukup mendapatkan asupan besi, termasuk efek yang mungkin timbul dari kondisi ini. Pertanyaannya adalah apakah, selain manfaat yang didapat, ada risiko kesehatan yang dapat mempengaruhi anak tersebut. Anemia pada anak dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan antara asupan ASI dan MP-ASI dengan kebutuhan energi Basal Metabolic Rate (BMR) yang diperlukan untuk aktivitas tubuh dan pertumbuhan. Anemia berdampak negatif pada kesehatan anak, termasuk gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan, penurunan sistem kekebalan tubuh dan konsentrasi, serta meningkatkan risiko kematian. Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia.

Pilihan Makanan yang Mengandung Zat Besi

Zat besi terbagi menjadi 2 (dua) kategori, yaitu heme dan non-heme. Zat besi heme diperoleh dari sumber hewani, sementara zat besi non-heme berasal dari tumbuhan. Tubuh cenderung lebih mudah menyerap zat besi heme dibandingkan dengan zat besi non-heme. Ketika Si Kecil mulai mengonsumsi makanan padat atau MPASI, Bunda dapat memberikan berbagai makanan yang kaya akan zat besi seperti berikut :

1. Hati hewan adalah sumber zat besi yang baik. Dalam 100 gram hati sapi mentah, terdapat sekitar 5 mg zat besi, sedangkan pada 100 gram hati ayam mentah, terkandung minimal 4 mg zat besi. Selain hati sapi dan ayam, Bunda juga bisa mempertimbangkan hati domba atau bebek. Hati sapi atau hati ayam bisa diolah menjadi hidangan lezat untuk Si Kecil, seperti sup. Namun, pastikan untuk memasaknya sampai benar-benar matang.

2. Dalam 100 gram bayam, terkandung sekitar 2,7 mg zat besi. Bayam juga kaya akan vitamin C yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi oleh tubuh. Di samping itu, bayam mengandung antioksidan yang dapat menurunkan risiko kanker, peradangan, dan penyakit mata pada anak-anak. Tidak perlu khawatir memilih antara bayam hijau atau bayam merah, karena keduanya memiliki manfaat dan nutrisi yang sama baiknya.

3. Dalam 100 gram daging sapi terdapat sekitar 2,6 mg zat besi. Selain zat besi, daging sapi juga mengandung protein, zinc, selenium, dan berbagai vitamin B. Anda bisa mengolah daging sapi menjadi berbagai macam hidangan. Namun, karena Si Kecil masih dalam proses belajar makan, usahakan untuk mengolahnya sesuai dengan tahapan makanannya.

4.Telur selain bisa diolah menjadi telur dadar, telur juga bisa direbus, dikukus, atau dicampur ke menu makanan bayi yang lain. Dalam 2 kuning telur yang besar, setidaknya terdapat 1 mg zat besi.Tidak hanya itu, telur pun mengandung sejumlah nutrisi lain, seperti vitamin A, vitamin B12, asam folat, selenium, kolin, dan protein yang baik untuk menunjang tumbuh kembang bayi.

5. Kentang tidak hanya menyediakan karbohidrat, tetapi juga berbagai nutrisi penting untuk Si Kecil, seperti vitamin C, kalium, dan zat besi. Dalam setiap 100 gram kentang, terdapat sekitar 12 mg zat besi. Salah satu metode memasak kentang yang dapat mempertahankan nilai nutrisinya adalah dengan memanggangnya beserta kulitnya. Namun, jika memilih cara ini, pastikan kentang sudah dicuci dengan bersih terlebih dahulu.

6. Brokoli mengandung sekitar 0,7 mg zat besi dalam satu gelas kecil atau sekitar 100 gram yang telah dimasak. Selain zat besi, brokoli juga kaya akan vitamin C, serat, dan vitamin K. Anda bisa mengolah brokoli dengan cara ditumis atau direbus dan menjadikannya camilan sehat untuk anak Anda. Makanan-makanan yang telah disebutkan sebelumnya mudah ditemukan dan dapat diolah dalam berbagai bentuk sajian. Usahakan untuk memenuhi kebutuhan zat besi bayi dengan makanan alami dan penuhi juga kebutuhan nutrisi lainnya dengan pola makan sehat dan seimbang. Jika anak Anda mengalami kesulitan makan, terlihat lelah, kurang bersemangat, kulitnya memucat, nafsu makan menurun, atau pertumbuhannya tidak sesuai usia, segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

 

Referensi :

Iannotti LL, Tielsch JM, Black MM, Black RE. 2012. Iron Supplementation in Early Childhood : Health Benefits and Risks. The American Journal of Clinical Nutrition.

Helmyati S, Hamam H, Wiryatun L. 2016. Kejadian Anemia pada Bayi Usia 6 Bulan yang Berhubungan dengan Sosial Ekonomi Keluarga dan Usia Pemberian Makanan Pendamping ASI dalam Berita Kedokteran Masyarakat.

Wijaya, Candra. 2011. Hubungan Asupan Zat Gizi dengan Kejadian Anemia pada Anak Usia 6-23 Bulan di Kabupaten Aceh Besar.

Bakta, IM. Pendekatan terhadap Pasien Anemia dalam Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, Penyunting Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.