Kehamilan merupakan salah satu periode krisis dalam kehidupan wanita. Selama proses biologis dari fungsi keibuan dan reproduksi, mulai dari pembuahan hingga kelahiran bayi, berbagai pengaruh psikis dapat mempengaruhi (baik sebagai dorongan maupun penghambat). Respon psikis terhadap kehamilan bervariasi antar individu, sehingga setiap wanita hamil bisa merasakan perasaan yang berbeda-beda seperti kekhawatiran, ketakutan, atau kebahagiaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi bisa berasal dari ibu hamil itu sendiri, suami, rumah tangga, serta lingkungan sekitar. Selain itu, pengaruh yang lebih luas seperti adat, tradisi, dan budaya juga berperan dalam mempengaruhi pengalaman kehamilan dan persalinan, yang saling terkait baik secara fisik maupun psikis. Wanita setelah melahirkan dapat mengalami gangguan emosional dengan frekuensi yang berbeda-beda. Masa postpartum memiliki peranan penting sebagai faktor risiko dalam perkembangan gangguan suasana hati yang serius. Ada 3 (tiga) jenis perubahan psikologis yang dapat terjadi selama periode postpartum, yaitu Pascapartum Blues (juga dikenal sebagai Maternitas Blues atau Baby Blues), Depresi Pascapartum, dan Psikosa Postpartum. Setelah melahirkan, wanita perlu menyesuaikan diri dengan aktivitas dan peran barunya sebagai ibu dalam minggu-minggu atau bulan-bulan pertama. Mereka yang berhasil melakukan penyesuaian ini umumnya dapat mengatasi gangguan psikologis yang mungkin muncul. Namun, bagi sebagian wanita yang kesulitan menyesuaikan diri, mereka mungkin mengalami gangguan psikologis yang dikenal sebagai Baby Blues Syndrome.
Gejala Baby Blues Syndrome
Baby Blues Syndrome adalah gangguan mood ringan yang sering diabaikan oleh ibu setelah melahirkan, serta oleh keluarga dan tenaga medis. Jika tidak ditangani, sindrom ini bisa berkembang menjadi depresi atau bahkan psikosis, yang dapat berdampak negatif pada hubungan ibu dengan pasangan, keluarga, dan perkembangan anak.
1. Dipenuhi oleh perasaan sedih dan depresi, sering kali diiringi dengan tangisan tanpa alasan yang jelas.
2. Mudah marah, cepat tersinggung, dan kurang sabar.
3. Kurangnya energi atau sangat sedikit energi. Selain pengaruh hormon, perhatian dan pengawasan terus-menerus yang dibutuhkan bayi, serta tanggung jawab merawat bayi sepanjang waktu, sangat menguras tenaga ibu dan menyebabkan kelelahan serta kurangnya waktu istirahat.
4. Merasa cemas, bersalah, dan tidak berharga. Kecemasan mengenai masa depan anak, kemampuan membesarkan anak dengan baik, dan kekhawatiran lainnya dapat memicu Sindrom Baby Blues.
5. Kehilangan minat terhadap bayi atau menjadi terlalu fokus dan khawatir berlebihan terhadap bayi.
6. Kurangnya rasa percaya diri akibat perubahan bentuk tubuh setelah melahirkan.
7. Kesulitan untuk istirahat dengan tenang atau tidur lebih lama. Merawat bayi membutuhkan perhatian dan energi ekstra, yang bisa sangat melelahkan bagi ibu, termasuk peningkatan berat badan karena makan berlebihan.
8. Penurunan berat badan disertai dengan kurang nafsu makan. Merawat bayi memerlukan perhatian yang intensif dan menguras tenaga serta pikiran ibu, yang dapat menyebabkan penurunan berat badan akibat kurangnya nafsu makan.
9. Perasaan takut untuk menyakiti diri sendiri atau bayinya.
Faktor Penyebab Baby Blues Syndrome
Kemampuan seseorang dalam menghadapi masa kehamilan dan keberaniannya dalam proses melahirkan bisa berbeda-beda. Pengalaman melahirkan sebelumnya dapat mempengaruhi tingkat keberanian seseorang; mereka mungkin merasa lebih percaya diri jika memiliki pengalaman positif sebelumnya, atau sebaliknya, bisa merasa cemas jika mengalami hal yang kurang menyenangkan di masa lalu.
1. Dukungan Sosial
Perhatian dari orang-orang terdekat, seperti suami dan keluarga, dapat memberikan dampak yang signifikan. Dukungan yang meliputi perhatian, komunikasi, dan hubungan emosional yang hangat sangat penting. Dengan adanya dukungan dari keluarga, seorang ibu akan lebih mampu mengembangkan rasa kasih sayang terhadap anaknya. Kasih sayang ibu ini, pada gilirannya, akan memengaruhi perkembangan anak, terutama dalam aspek sosial. Kemampuan berperilaku sosial perlu dimiliki setiap individu sejak usia dini karena ini dapat menjadi dasar bagi perkembangan kemampuan anak dalam berinteraksi dengan lingkungan yang lebih luas.
2. Keadaan dan Kualitas Bayi
Kondisi bayi dapat memicu terjadinya Sindrom Baby Blues, seperti ketika jenis kelamin bayi tidak sesuai harapan, adanya cacat bawaan, atau jika kesehatan bayi kurang baik.
3. Komplikasi Kelahiran
Roses persalinan juga bisa memengaruhi timbulnya Baby Blues Syndrome, contohnya seperti proses persalinan yang berat, pendarahan, pecahnya ketuban, atau bayi yang berada dalam posisi yang tidak biasa.
4. Persiapan untuk Persalinan dan Menjadi Ibu
Kehamilan yang tidak diharapkan seperti hamil di luar nikah, kehamilan akibat perkosaan, kehamilan yang tidak terencana sehingga wanita tersebut belum siap untuk menjadi ibu. Terjadinya Baby Blues Syndrome, dikarenakan pada ibu yang baru pertama kali melahirkan akan meningkatkan stresor lebih tinggi dibandingkan yang sudah melahirkan lebih dari satu kali.
5. Faktor Psikososial
Faktor psikososial seperti umur, latar belakang sosial, ekonomi, tingkat pendidikan dan respon ketahanan terhadap stresor juga dapat mempengaruhi Baby Blues Syndrome. Depresi pasca persalinan merupakan gangguan spesifik yang dibedakan dari gangguan depresi klasik.
6. Pendidikan
Pembawaan diri dan cara menyikapi sebuah masalah lebih baik dibandingkan yang berpendidikan lebih rendah.
7. Riwayat Depresi
Riwayat depresi atau problem emosional lain sebelum persalinan dengan riwayat problem emosional menjadi faktor yang sangat rentan untuk mengalami Baby Blues Syndrome.
8. Hormonal
Perubahan kadar hormon progresteron yang menurun disertai peningkatan hormon estrogen, prolaktin dan kortisol yang drastis dapat mempengaruhi kondisi psikologis ibu.
Referensi :
Diah. 2015. Faktor Risiko yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Postpartum Blues. Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang.
AlifarikiL. O, Kusnan, A., & Afrini, I. M. 2019. Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dan Produksi Air Susu Ibu di Puskesmas Poasia.
Briawan,D. 2004. Pengaruh Promosi Susu Formula terhadap Pergeseran Penggunaan Air Susu Ibu (ASI). Makalah Perorangan Semester Ganjil Program Doktor, Sekolah Pasca Sarjana IPB.
Fajar, N. A., Purnama, D. H., Destriatania,S., & Ningsih, N. 2018. Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dalam Prespektif Sosial Budaya di Kota Palembang.