Selasa, 09 Agustus 2022 11:02 WIB

Mengenal Depresi dan Diabetes Melitus tipe 2

Responsive image
1018
dr. Ida Aju Kusuma Wardani, SpKJ(K), MARS - RSUP Prof. dr. I.G.N.G. Ngoerah

Depresi adalah gangguan mood yang menyebabkan perasaan sedih dan kehilangan minat secara terus-menerus. Setidaknya lima dari sembilan gejala berikut harus ada hampir sepanjang hari, hampir setiap hari selama setidaknya dua minggu, harus mencakup mood depresi dan kehilangan minat atau kesenangan (anhedonia):

1.    Mood depresi

2.    Berkurangnya minat atau kesenangan dalam semua, atau hampir semua kegiatan

3.    Penurunan atau peningkatan berat badan yang signifikan

4.    Insomnia atau hipersomnia

5.    Agitasi psikomotor atau retardasi

6.    Kelelahan atau kehilangan energi

7.    Perasaan tidak berharga atau rasa bersalah berlebihan yang tidak sesuai (mungkin delusi)

8.    Berkurangnya kemampuan berpikir atau berkonsentrasi, atau keraguan

9.    Pemikiran berulang tentang kematian (bukan hanya ketakutan akan kematian), ide bunuh diri berulang tanpa rencana, atau upaya bunuh diri atau rencana spesifik untuk melakukan bunuh diri

Diabetes Melitus (DM) tipe 2 adalah sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan hiperglikemia akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. Hiperglikemia kronis karena diabetes melitus dikaitkan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi, dan kegagalan berbagai organ, terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah.

Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan gangguan depresi sudah mulai terjadi sejak rentang usia remaja (15-24 tahun), dengan prevalensi 6,2%. Kemungkinan terjadinya depresi pada DM tipe 2 kira-kira dua kali lipat dibandingkan yang ditemukan pada populasi umum

Risiko depresi meningkat pada pasien dengan DM tipe 2, dan risiko DM tipe 2 meningkat pada pasien dengan gangguan depresi. Maka perlunya mengenali tanda-tanda depresi atau tanda-tanda DM tipe 2 pada diri sendiri ataupun orang terdekat.

Sejumlah faktor risiko DM berhubungan dengan gaya hidup dan pola makan. Cara lain untuk mempertimbangkan faktor risiko DM adalah dari sudut pandang pencegahan, pengobatan atau intervensi yang melihat berbagai faktor risiko yang perlu dikendalikan seperti obesitas, penggunaan alkohol, ketidakaktifan fisik, dan faktor makanan dapat diubah dalam pencegahan penyakit.

 

Hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau kriteria DM digolongkan ke dalam kelompok prediabetes yang meliputi toleransi glukosa terganggu (TGT) dan glukosa darah puasa terganggu (GDPT)

-    Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT): Hasil pemeriksaan glukosa plasma puasa antara 100-125 mg/dL dan pemeriksaan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) glukosa plasma 2-jam < 140 mg/dL;

-    Toleransi Glukosa Terganggu (TGT): Hasil pemeriksaan glukosa plasma 2 jam setelah TTGO antara 140-199 mg/dL dan glukosa plasma puasa < 100 mg/dL

-    Diagnosis prediabetes dapat juga ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan HbA1c yang menunjukkan angka 5,7-6,4%

Paparan faktor risiko yang perlu diperhatikan, antara lain:

1.    Asupan makanan
- Asupan sayur dan buah-buahan berdampak pada penurunan risiko DM tipe 2
- Konsumsi minuman pemanis buatan sebanyak 1 botol per hari berdampak pada peningkatan risiko DM tipe 2 secara signifikan.
- Karbohidrat kompleks merupakan pilihan dan diberikan secara terbagi dan seimbang sehingga tidak menimbulkan puncak glukosa darah yang tinggi setelah makan

2.    Aktivitas fisik
- Aktivitas fisik merupakan faktor protektif terhadap risiko DM tipe 2
- Gaya hidup berupa kurangnya aktivitas fisik meningkatkan risiko DM tipe 2 secara signifikan

3.    Pola tidur
- Durasi tidur yang singkat (<6 jam) dan lama (>9 jam) berhubungan dengan

peningkatan risiko DM tipe 2.
- Kualitas tidur yang buruk seperti sering terbangun saat sedang tidur atau sulit memulai tidur juga berdampak pada peningkatan risiko DM tipe 2

4.    Stres

- Kondisi stres seperti kondisi sosial-ekonomi yang buruk juga berhubungan dengan peningkatan risiko DM tipe 2.

- Kondisi burnout (kelelahan) berdampak pada peningkatan risiko sebesar 84% pada pasien DM tipe 2

5.    Merokok
- Meskipun merokok diketahui dapat menurunkan berat badan, hal itu dikaitkan dengan obesitas sentral. Merokok juga meningkatkan peradangan dan stres oksidatif, secara langsung merusak fungsi sel β dan merusak fungsi endotel.
- Pada pasien yang merokok ≥25 batang per hari berhubungan dengan peningkatan risiko DM tipe 2 sebesar 1.94 kali lipat dibandingkan pasien yang tidak merokok

 

 

 

 

Referensi :

Sadock, B. (2021) Kaplan and Sadock’s Comprehensive Textbook of Psychiatry (2 Volume Set): 9780781768993: Medicine & Health Science Books . Edited by V. A. Sadock and P. Ruiz. Wolter Kluwer.

Soelistijo, S. A. (2020) ‘Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia’, PB Perkeni.