Failed Back Syndrome

Berbagai modalitas dan intervensi diciptakan dan dipublikasikan oleh berbagai disiplin ilmu kedokteran dalam menangani masalah nyeri akibat saraf maupun tulang belakang. Hingga saat ini, penanganan nyeri akibat saraf maupun tulang belakang tidak hanya terbatas pada obat-obatan maupun tehnik pembedahan, melainkan tindakan intervensi yang masuk dalam kategori minimally invasive. Namun, dibalik berbagai terobosan-terobosan yang diciptakan untuk menangani nyeri saraf dan tulang belakang tersebut, nyeri berulang pasca tindakan yang sering disebut sebagai Failed Back Syndrome masih menjadi tantangan dunia medis saat ini.

Apas sih penyakit Failed back syndrome itu? Sebelum menjadi lebih dalam ada baiknya kita mengetahui definisi dari penyakit ini, adalah suatu nyeri tulang belakang (biasanya pada tulang belakang bagian bawah) yang tidak diketahui penyebabnya meskipun dilakukan intervensi bedah atau muncul setelah intervensi bedah untuk nyeri tulang belakang yang lokasi nyerinya sama seperti sebelumnya. Rasa sakit yang muncul mungkin berasal setelah operasi atau operasi dapat memperburuk atau tidak cukup memperbaiki rasa sakit yang ada sebelumnya. Failed Back Syndrome sendiri merupakan suatu terminology yang sangat luas yang dikaitkan dengan menetapnya rasa nyeri paska operasi tulang belakang. Hal ini terjadi karena berbagai faktor yaitu salah satunya adalah kesalahan mendeteksi sumber penyebab nyeri , sehingga ketika operasi dilakukan dan yang dikoreksi bukan merupakan sumber nyerinya Failed Back Syndrome  akan terjadi. Pada sindrom ini sering dilakukan tindakan berulang kali dengan harapan menghilangkan sumber nyeri, namun tingkat keberhasilan operasi yang kedua dan ketiga untuk menghilangkan sumber nyeri sangatlah rendah dan cenderung memperparah kondisi dan mengurangi kualitas hidup pasien.

Apa saja sih Faktor – faktor yang mempengaruhi terjadinya Failed back syndrome? Hal itu meliputi faktor pasien, faktor intraoperative, dan fackor pasca operasi. Factor pasien contohnya factor psikososial pasien, riwayat jumlah operasi tulang belakang yang dilakukan sebelumnya. Factor intraoperative contohnya operasi tulang belakang yang gagal oleh karena level operasi di tembah yang tidak menimbulkan nyeri sehingga tidak mengurangi atau menghilangkan keluhan nyeri pada pasien, Teknik yang tidak tepat selama operasi juga dapat menyebabkan kegagalan menghilangkan rasa sakit atau timbulnya rasa sakit yang baru.

Bagaimana sih cara dokter dapat menegakan diagnosis failed back syndrome? Dokter akan melakukan anamnesis dan menggali riwayat penyakit yang didertia pada pasien, hal yang terpenting adalah apakah ada riwayat trauma ataupun riwayat operasi pada tulang belakang sebelumnya, kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan penunjang seperti x-ray berguna untuk mendeteksi cacat vertebral dan sakroiliaka dan/atau ketidaksejajaran tulang belakang. Namun sinar x-ray tidak dapat mendeteksi stenosis tulang belakang yang merupakan temuan paling umum sehingga diperlukan juga pemeriksaan MRI. MRI menjadi modalitas pencitraan standar yang digunakan untuk menemukan kelainan pada failed back syndrome yang sangat baik untuk mendeteksi kelainan jaringan lunak seperti fibrosis epidural dan herniasi diskus.

Penanganan untuk Failed Back Syndrome masih sangat terbatas dengan penanganan konsevatif dimana pasien akan diarahkan untuk olahraga dan melakukan fisioterapi, pemberian obat-obatan untuk mengurangi rasa nyeri dan mengurangi kaku pada otot dan kadang hingga pemberian opioid.  Walau dikatakan tingkat keberhasilan pengulangan operasi rendah, dapat tetap dijadikan pertimbangan jika semua tindakan konservatif tidak membuahkan hasil. Oleh karena penanganan Failed Back Syndrome yang dikatakan sulit

Referensi :

Baber Z, Erdek MA. Failed back surgery syndrome: current perspectives. J Pain Res. 2016

Chan CW, Peng P. Failed back surgery syndrome. Pain Med. 2011

Daniell JR, Osti OL. Failed Back Surgery Syndrome: A Review Article. Asian Spine J. 2018

Clancy C, Quinn A, Wilson F. The aetiologies of Failed Back Surgery Syndrome: A systematic review. J Back Musculoskelet Rehabil. 2017