Senin, 08 Agustus 2022 13:16 WIB

Mobilisasi Dini terhadap Penurunan Nyeri pada Pasien Post Operasi, Pentingkah?

Responsive image
5118
Annisa Walidatus Sholihah - RSUP dr. Sardjito Yogyakarta

Salah satu tindakan medis yang sudah umum diketahui oleh orang awam adalah tindakan pembedahan. Tindakan ini diindikasikan bagi pasien-pasien yang memang diharuskan untuk melakukan operasi pada bagian tubuhnya dengan tujuan untuk menghilangkan maupun mengurangi keluhan yang dirasakan oleh pasien karena suatu penyakit. Menurut Potter and Perry (2008), pembedahan merupakan peristiwa yang bersifat bifasik terhadap tubuh dan berimplikasi pada pengelolaan nyeri. Maksud dari pernyataan tersebut adalah pasien yang dilakukan tindakan operasi pasti akan mengalami episode nyeri pasca operasi. Pemulihan rata-rata pasien pasca operasi membutuhkan waktu rata-rata 72,45 menit sehingga pasien akan merasakan nyeri pada 2 jam pertama setelah operasi karena pengaruh obat anestesi sudah hilang (Mulyono dalam Pinandita, 2012).

Hasil penelitian oleh Nurhafizah dan Erniyati (2012) di RSUP H. Adam Malik Medan menunjukkan sebagian besar pasien pasca operasi abdomen merasakan nyeri sedang (57,4%), nyeri ringan (22,2%) dan nyeri berat (20,4%). Kemudian, The Royal College of Surgeons (RCS) menyatakan nyeri pasca operasi ditemukan pada 30-70% pasien dengan nyeri sedang sampai berat tahun 2010. Dapat disimpulkan dari beberapa penelitian tersebut bahwa sebagian besar pasien pasca operasi menyalami nyeri, baik ringan, sedang maupun berat. Nyeri yang dirasakan oleh pasien haruslah segera ditangani, apabila tidak segera ditangani akan mengakibatkan proses rehabilitasi pasien akan tertunda, hospitalisasi pasien menjadi lebih lama, dan tingkat komplikasi juga tinggi (Smeltzer & Bare, 2010).

Membantu pasien untuk mengurangi nyeri yang dirasakan adalah prioritas utama dalam asuhan keperawatan. Salah satu intervensi keperawatan yang bisa diberikan adalah mobilisasi dini pada pasien pasca operasi. Smeltzer & Bare (2010) menyatakan mobilisasi merupakan faktor utama dalam mempercepat pemulihan dan mencegah terjadinya komplikasi pasca bedah. Selain itu, mobilisasi dini dapat meningkatkan sirkulasi darah yang dapat mengurangi rasa nyeri, mencegah tromboflebitis, memberi nutrisi untuk penyembuhan pada daerah luka serta meningkatkan kelancaran fungsi ginjal. Manfaat-manfaat tersebut akan dirasakan oleh pasien apabila melakukan mobilisasi dini setelah operasi.

Pernyataan tersebut diperkuat dengan adanya beberapa penelitian terkait kegunaan atau efektifitas mobilisasi dini terhadap penurunan tingkat nyeri. Penelitian yang dilakukan oleh Berkanis, dkk (2020) pada 22 responden, semua responden diukur tingkat nyerinya sebelum dan setelah mobilisasi dini. Hasilnya adalah nilai skala nyeri responden setelah dilakukan mobilisasi dini 95% mengalami penurunan skala nyeri. Nyeri responden sebelum dan sesudah dilakukan mobilisasi dini adalah rerata 3,09 (nyeri berat terkontrol) berubah menjadi 2,09 (nyeri sedang) sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa ada pengaruh mobilisasi dini terhadap intensitas nyeri pada pasien pasca operasi.

Penelitian selanjutnya oleh Andri, dkk (2020) menunjukkan ada hubungan antara pelaksanaan mobilisasi dan ambulasi dini dengan nyeri pada pasien pasca operasi. Mobilisasi dini dapat mempertahankan fungsi tubuh, mempertahankan tonus otot, dan memulihkan pergerakan sedikit demi sedikit sehingga pasien post pembedahan dapat memenuhi kebutuhan aktivitasnya kembali. Sejalan dengan penelitian oleh Jonsson et.al (2021) yaitu penelitian ini dilakukan dengan memberikan latihan mobilisasi dini sebanyak 2 kali sehari dari hari pertama pasca operasi, 5 kali pengulangan per latihan. Latihan dilakukan selama 2 hari pertama pasca operasi (20-30 menit per sesi). Hasilnya adalah pasien yang diberikan mobilisasi dini (kelompok intervensi) pasca operasi secara signifikan lebih aktif secara fisik daripada pasien yang tidak diberi intervensi mobilisasi dini (kelompok kontrol).

Dari pemaparan tentang pentingnya mobilisasi dini untuk mengurangi tingkat nyeri pasien pasca operasi disimpulkan bahwa mobilisasi dini yang dilakukan sesegera mungkin akan berpengaruh pada proses penyembuhan dan lamanya hari rawat. Kemudian, tindakan ini dapat mempertahankan fungsi tubuh, mempertahankan tonus otot, dan memulihkan pergerakan sedikit demi sedikit sehingga pasien post pembedahan dapat memenuhi kebutuhan aktivitasnya kembali. Dengan adanya kajian terkait hal ini, diharapkan bisa diterapkan di ruang perawatan khususnya pasien-pasien post pembedahan sehingga bisa meningkatkan tingkat kesembuhan pasien.

 

Referensi:

Berkanis, A.T., Nubatonis, D., & Lastari, A.A. 2020. Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi di RSUD S.K. Lerik Kupang Tahun 2018. CHM-K Applied Scientifics Journal Vol. 3 No. 1 Januari 2020. https://doi.org/10.37792/casj.v3i1.759

Jonsson, M. et. al. 2019. In-hospital physiotherapy improves physical activity level after lung cancer surgery: a randomized controlled trial. Elsevier, Physiotherapy 105 (2019) 434-441. https://doi.org/10/116/j.physio.218.11.001

Larmer, L.H. et. al. 2021. A health care record review of early mobility activities after fragility hip fracture: Utilizing the French systematic method to inform fiture interventions. Elsevier, International Journal of Orthopaedic and Trauma Nursing 42 (2021) 100846. https://doi.org/10/1016/j.ijotn.2021.100846

Pinandita, Purwanti, & Utoyo. (2012, Februari). Pengaruh Teknik Relaksasi Genggam Jari Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Pasien Post Operasi Laparatomi. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan Volume 8 Nomor 1, 32 - 43, 2012 https://ejournal.stikesmuhgombong.ac.id/indeks.php/JIKK/article/view/66/61

Potter. P.A, & Perry. A.G. (2008). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan

Praktek, (7th ed) Vol kedua. Jakarta: EGC.

Smeltzer & Bare. (2010). Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8, Vol 1, Alih Bahasa: Agung

Waluyo, I. Made Karyasa, Julia, dr. H.Y. Kuncoro & Yasmin Asih. Jakarta: EGC.

Sumber gambar: rssopraoen.com