Jakarta (28/11) – Aneurisma otak merupakan tonjolan berbentuk balon yang terbentuk di pembuluh darah otak. Biasanya masyarakat awam tidak begitu mengenal tentang aneurisma otak ini, apa yang menjadi faktor resikonya, dan bagaimana penanganannya. Guna memberikan edukasi yang lebih mendalam terkait aneurisma otak, Podcast Snack Time Episode ke 76 mengangkat tema “Waspada Aneurisma Otak: Bagaimana Penangannya?” yang disiarkan langsung melalui Youtube Studio Mini Puskesmas Kecamatan Kramat.
Pada podcast kali ini dipandu oleh dr. Tety Switha Sinaga, MARS dan menghadirkan pembicara dari Rumah Sakit Pusat Otak Nasional Prof. Dr. dr. Mahar Mardjono Jakarta yaitu dr. Muhammad Kusdiansah, Sp.BS. Dalam podcast ini, pembahasan terkait aneurisma otak dibahas secara mendetail, dr. Muhammad Kusdiansah, Sp.BS menjelaskan bahwa aneurisma otak ini bisa disebut sebagai silent killer, dikarenakan terjadinya benjolan pada pembuluh darah ini bisa terproses selama bertahun-tahun tanpa menimbulkan gejala apapun, namun apabila muncul gejala seperti mata yang mendadak atau tiba-tiba menutup sebelah, bisa menjadi tanda-tanda dari aneurisma otak. Faktor resiko aneurisma otak yang ditemui biasanya berasal dari genetik dan kebiasaan merokok, beberapa faktor lain yang meningkatkan kondisi ini bisa berasal dari hipertensi, konsumsi atau pola makan, dan sebagian besar pengidap penyakit ini adalah perempuan yang erat kaitannya dengan hormon esterogen.
Apabila dari gejala dan faktor resiko dialami, dr. Muhammad Kusdiansah, Sp.BS mengatakan harus segera dibawa ke instalasi gawat darurat rumah sakit untuk dilakukan tindakan seperti ct stan guna mendeteksi apakah gejala tersebut merupakan aneurisma otak atau bukan. Jika terdeteksi aneurisma otak, segera dilakukan tindakan guna menghindari pecahnya pembuluh darah. Tindakan yang dimaksud adalah pembedahan dan atau tanpa pembedahan tergantung dengan kondisi dan efektivitasnya. Biasanya tindakan ini mengutamakan kenyamanan dari pasien serta lokasi dari aneurisma otak itu sendiri, apakah lokasinya terlalu dalam atau bentuknya yang terlalu besar.
dr. Muhammad Kusdiansah, Sp.BS memberikan statement penutup pada podcast “Waspada Aneurisma Otak: Bagaimana Penanganannya?” ini dengan jargon “Kita Cegah Pecah, Jangan Sampai Pecah” dengan cara yaitu yang pertama, tingkatkan kesadaran dengan mengidentifikasi faktor resiko. Kedua mendukung survivor karena para survivor ini adalah orang-orang yang menjadi pemberi informasi atau mengkampanyekan tentang aneurisma otak ini lewat sudut pandang pengalaman yang telah mereka lewati. Diharapkan melalui podcast ini, masyarakat mendapatkan informasi dan edukasi terkait aneurisma otak dengan baik sehingga muncul kesadaran untuk melakukan identifikasi lebih dini guna mencegah pecahnya aneurisma otak di kemudian hari.